10 Dampak Kurang Tidur Pasca Melahirkan
Ditinjau oleh
dr. Fella Halimah Pratami, Sp.OG, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi
Diterbitkan 15 Jun 2022
651
Merawat bayi bisa sangat melelahkan, terutama dalam beberapa bulan pertama setelah kelahiran. Bunda mungkin harus terbangun beberapa kali di malam hari untuk menyusui, mengganti popok, atau menenangkan bayi yang rewel. Bahkan ketika bayi sedang tidur nyenyak, ada saja pikiran yang berkecamuk yang dapat membuat Bunda tetap terjaga di malam hari.
Singkatnya, kurang tidur setelah melahirkan mungkin akan dilalui semua ibu yang baru melahirkan. Namun, hal ini tidak bisa disepelekan begitu saja. Ada banyak dampak yang akan Bunda rasakan ketika kurang tidur.
Tentu saja, kurang tidur bisa memicu emosi yang ada. Bunda mungkin akan lebih mudah tersinggung, sering menangis, atau malah marah-marah. Hal ini bisa mengganggu keharmonisan dengan pasangan atau malah berdampak buruk bagi bayi. Jadi, jika Bunda sudah merasakan tanda-tanda seperti ini, jangan ragu untuk meminta bantuan orang lain untuk membantu Bunda menjaga si kecil.
Dampak kurang tidur setelah melahirkan lainnya adalah kecenderungan menjadi lebih ceroboh. Saat memandikan bayi, bukannya mengambil sabun, Bunda malah mengambil sampo.
Terparahnya, kecerobohan dapat berisiko melukai diri sendiri, orang lain, atau bahkan bayi sendiri ketika Bunda merasa terlalu lelah dan mengantuk.
Apakah setelah melahirkan Bunda merasa mudah lupa? Nah, mungkin saja hal ini terjadi karena Bunda kurang tidur dan istirahat. Bunda mungkin sering lupa meletakkan barang-barang, atau lupa mengerjakan sesuatu. Sebuah penelitian menunjukkan jika kurang tidur seseorang bisa mengalami penurunan kemampuan otak untuk berpikir dan mengolah informasi.
Selain mudah lupa, Bunda juga mungkin akan merasakan sulit fokus. Saat diajak bicara, Bunda mungkin tak bisa sepenuhnya memahami atau mendengarkan karena rasa kantuk yang ada. Sulit fokus yang Bunda alami juga bisa membahayakan bayi. Bunda bisa kurang fokus saat memasang gendongan atau menggendong bayi sehingga besar kemungkinan bayi bisa terjatuh. Maka dari itu, tetap berhati-hati ya, Bun.
Kurang tidur juga dapat mempengaruhi hubungan Bunda dengan pasangan. Bunda mungkin merasa terlalu lelah untuk menghabiskan waktu bersama pasangan, apalagi berhubungan seks. Hal ini tak hanya bisa menimbulkan kemarahan, tetapi juga kerusakan hubungan jika terjadi dalam jangka waktu yang lama.
Coba diskusikan dengan pasangan apa yang Bunda alami. Kalau memang perlu, minta bantuan pasangan untuk bergantian menjaga bayi supaya Bunda dapat istirahat sejenak. Dengan istirahat yang cukup, mungkin Bunda bisa menghindari masalah ini.
BACA: 5 Cara Meningkatkan Gairah Seks Setelah Melahirkan
Saat kurang istirahat, mulut cenderung tidak bisa berhenti untuk makan. Terkadang, ngemil adalah salah satu cara untuk membuat mata tetap terjaga. Jika Bunda kurang tidur, tak hanya nafsu makan yang jadi meningkat, berat badan pun jadi tidak terkontrol. Bahkan, Bunda bisa mengalami penyakit lainnya akibat obesitas seperti diabetes dan kolesterol.
Kelelahan karena kurang tidur juga bisa membuat ASI menjadi sedikit lho, Bun. Saat kelelahan atau kurang tidur, beberapa hormon seperti hormon kortisol akan meningkat. Hal inilah yang bisa menyebabkan ASI menjadi berkurang. Maka dari itu, jangan sepelekan masalah ini jika tidak mau ASI Bunda jadi sedikit.
BACA: ASI Sedikit? Begini Cara Tingkatkan Produksinya
Kurang tidur bisa membuat wajah Bunda tampak lebih tua dibandingkan usia sebenarnya. Penelitian dari UCLA menemukan bahwa setahun setelah melahirkan, wanita yang tidur kurang dari tujuh jam per malam menunjukkan usia biologis tiga hingga tujuh tahun lebih tua dari usia kronologisnya.
Baby blues adalah kondisi yang ditandai dengan rasa sedih dan kecenderungan ingin menangis saat melihat bayi. Biasanya, situasi ini terjadi satu sampai dua minggu setelah melahirkan. Meski umum terjadi pada setiap ibu yang baru melahirkan, kondisi ini tidak dapat diabaikan begitu saja.
Ibu yang mengalami baby blues harus mendapat support penuh dari orang terdekat, seperti pasangan, keluarga, atau teman. Jika tidak ditangani, baby blues bisa berubah menjadi depresi pasca melahirkan.
Berbeda dengan baby blues , depresi pasca melahirkan jauh lebih parah dan terjadi lebih lama. Kondisi ini tidak dapat hilang dengan sendirinya, harus dengan penanganan ahli serta dukungan orang terdekat.
Jika Bunda tidak bisa tidur di malam hari bahkan saat bayi tertidur, atau Bunda merasa lelah sepanjang waktu, ini bisa menjadi tanda depresi pasca persalinan. Tanda-tanda lain termasuk merasa sedih atau putus asa dan tidak menikmati hal-hal yang biasanya Bunda nikmati. Parahnya lagi, sering kali ada keinginan untuk menyakiti bayinya sendiri walaupun secara logika hal ini tidak masuk akal.
Jika Bunda merasa depresi, bicarakan dengan pasangan dan dokter Bunda atau psikolog sesegera mungkin. Jadi, Bunda bisa mendapatkan bantuan yang dibutuhkan untuk melakukan pemulihan dengan cepat.
Itu tadi beberapa dampak dari kurang tidur setelah melahirkan. Jangan sepelekan hal ini karena ternyata ada banyak sekali kerugian, baik bagi Bunda, pasangan, maupun bayi. Mintalah bantuan orang tua atau pasangan untuk berjaga bergantian selagi Bunda istirahat sejenak.
Sumber:
NHS. 2018. Sleep and tiredness after having a baby
Artikel Unggulan
Panduan agar Tetap Sehat Saat Hamil Muda
Saat Bunda positif hamil, apalagi bila ini adalah kehamilan yang pertama, akan banyak sekali hal yang Bunda perhatikan agar bisa menjalani kehamilan ini dengan ...
Ini Mengapa Bunda Perlu Konsumsi Suplemen Prenatal
Tumbuh kembang janin sangat ditentukan oleh asupan ibu selama mengandung. Oleh karena itu penting bagi ibu untuk memenuhi semua asupan nutrisi penting selama ha...
Ini Penyebab Libido Turun saat Hamil
Masalah yang satu ini kadang cukup membuat Bunda merasa gelisah saat dalam masa kehamilan: libido turun saat hamil. Padahal di berbagai tayangan, film, atau art...
Artikel Terkait
Layanan Pengaduan Konsumen
PT Asa Bestari Citta
feedback@diarybunda.co.id
Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen Dan Tertib Niaga
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
Whatsapp Ditjen PKTN: 0853-1111-1010