7 Dampak Negatif Bertengkar di Depan Anak
Ditinjau oleh
Mardiana Hayati Solehah, M. Psi, Psikolog, Psikolog Klinis
Diterbitkan 11 Mei 2022
1025
Semua pasangan berharap dapat menjalin hubungan yang hangat tanpa pertengkaran. Akan tetapi, perbedaan antar manusia tak ayal dapat menimbukan konflik. Baik dari perbedaan pendapat, nilai, maupun kebiasaan. Dalam menjalani rumah tangga akan muncul banyak masalah yang berisiko tinggi menimbulkan pertengkaran.
Kadang tanpa disadari, Bunda maupun suami sukar mengendalikan diri atau kesulitan mengelola emosi-emosi negatif, sehingga saling berteriak maupun saling menyalahkan di depan anak. Saat sedang sama-sama marah, mungkin Ayah-Bunda berpendapat bahwa saling berteriak adalah hal yang normal, tapi ternyata kondisi ini memiliki dampak negatif bagi anak. Terlebih bila anak terus-menerus melihat kedua orangtuanya bertengkar. Berikut adalah beberapa dampak bertengkar di depan anak, yaitu:
BACA: Tanda-tanda Anak Kurang Perhatian Orang Tua
● Meningkatkan kecemasan
Saat anak sering melihat kedua orangtua bertengkar, terutama bila pertengkaran tersebut cukup hebat dan berlangsung lama, anak dapat memunculkan kecemasan akan pernikahan kedua orangtuanya. Melihat kedua orangtua yang dingin dan saling mendiamkan satu sama lain bisa berpotensi membuat anak khawatir mengenai bagaimana harus bersikap. Pada beberapa anak, mereka bahkan bisa mempunyai kesimpulan yang keliru bahwa merekalah penyebab pertengkaran kedua orangtua, sehingga muncul rasa cemas yang irasional akan diri mereka sendiri serta masa depan.
● Mempengaruhi relasi anak dengan orang tua
Orang tua yang sangat sering bertengkar tentunya juga merasakan stres dalam diri masing-masing. Rasa marah, cemas, dan stres ini dapat dengan mudah tampak dan terlihat oleh anak. Emosi ini membuat orang tua menjadi lebih dingin dan enggan mengalokasikan waktu untuk berkegiatan bersama pasangan maupun anak.
Orang tua pun cenderung lebih mudah marah dan tidak lagi menyenangkan untuk anak. Anak yang kurang memiliki waktu berkualitas dengan orangtua serta kurang mendapat kasih sayang akan memiliki hubungan yang kurang dekat dengan orang tua.
● Anak mudah stres
Teriakan dan bentakan yang dilontarkan oleh orangtua dapat menciptakan lingkungan yang tidak sehat bagi anak. Anak menjadi mudah stres menyaksikan pertengkaran berulang dan orangtua yang saling menyakiti. Stres dapat berdampak pada kesehatan mental anak dan psikologisnya. Anak mungkin dapat mengalami berbagai keluhan fisik yang sulit dijelaskan, maupun menjadi lebih sensitif dan mudah marah.
Stres pada anak pun dapat mempengaruhi performa pada bidang akademis. Anak yang lebih sering mendengar pertengkaran orang tua cenderung sulit untuk mengatur emosi dan perhatiannya akan suatu hal. Motivasi belajar anak pun cenderung menurun. Kemampuan anak dalam memecahkan masalah cenderung berkurang, sehingga mereka menjadi pasif dan bergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah sehari-hari.
● Masalah dalam hubungan ke depannya
Terlalu sering melihat pertengkaran orang tua dapat menyebabkan anak mencontoh orang tua dalam hubungan ke depannya. Anak menjadi lebih mudah marah atau membentak teman atau pasangannya di kemudian hari. Pertengkaran antar orangtua yang terjadi terus-menerus dapat membuat anak kehilangan rasa percaya pada orangtua, yang akan membuat anak sulit mempercayai orang lain dan menjalin hubungan yang sehat.
● Masalah kesehatan
Dikutip dari website Very Well Family, disebutkan bahwa beberapa penelitian menunjukkan bahwa dampak negatif orang tua bertengkar depan anak adalah dapat membuat anak mengalami masalah bulimia hingga anorexia. Beberapa masalah kesehatan lainnya yang tampak juga antara lain sulit tidur, sakit kepala, dan sakit perut.
● Pandangan tentang keluarga yang buruk
Hidup dalam rumah yang tinggi konflik dapat menyebabkan anak menjadi ragu untuk memulai kehidupan rumah tangga di masa depan. Anak menganggap hubungan rumah tangga sebagai hal yang negatif dan hanya berisi rasa sakit. Beberapa anak juga mengalami rasa rendah diri untuk memulai hubungan. Pada beberapa anak, rendahnya kepercayaan diri membuat mereka rentan terjebak dalam hubungan yang toksik karena adanya kebutuhan afeksi yang besar, namun tidak terpenuhi dengan cara yang tepat.
● Anak menjadi lebih agresif
Pertengkaran orang tua di rumah yang disertai dengan kekerasan dapat ditiru oleh anak. Anak yang sering melihat perilaku orang tua yang tidak sehat ini dapat menyebabkan anak menjadi agresif dan berkelakuan buruk, karena menganggap kekerasan adalah hal yang wajar dilakukan. Anak juga dapat memiliki masalah dalam mengatur emosinya, seperti mudah marah, depresi, rendah diri, bahkan dapat melukai diri sendiri.
Itu dia beberapa dampak bertengkar di depan anak yang perlu Bunda ketahui. Jika Bunda sedang bertengkar dengan pasangan, sebaiknya tenangkan diri masing-masing terlebih dulu ya, baru komunikasikan kemudian. Upayakan bicara di kamar atau ruangan lain yang tidak terlihat anak, maupun saling bicara di malam hari, saat anak tidur. Biarkan masalah yang Bunda dan ayah alami selesai tanpa perlu melibatkan anak, ya.
BACA: Apa Dampaknya Jika Bunda Sering Membentak Anak?
Sumber:
BBC. 2018. How parents' arguments really affect their children
Very well family. 2019. How Parents Fighting Affects a Child's Mental Health
Parenting for Brain. 2022. Parents fighting in front of kids – what happens to your child
Artikel Unggulan
Panduan agar Tetap Sehat Saat Hamil Muda
Saat Bunda positif hamil, apalagi bila ini adalah kehamilan yang pertama, akan banyak sekali hal yang Bunda perhatikan agar bisa menjalani kehamilan ini dengan ...
Ini Mengapa Bunda Perlu Konsumsi Suplemen Prenatal
Tumbuh kembang janin sangat ditentukan oleh asupan ibu selama mengandung. Oleh karena itu penting bagi ibu untuk memenuhi semua asupan nutrisi penting selama ha...
Ini Penyebab Libido Turun saat Hamil
Masalah yang satu ini kadang cukup membuat Bunda merasa gelisah saat dalam masa kehamilan: libido turun saat hamil. Padahal di berbagai tayangan, film, atau art...
Artikel Terkait
Layanan Pengaduan Konsumen
PT Asa Bestari Citta
feedback@diarybunda.co.id
Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen Dan Tertib Niaga
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
Whatsapp Ditjen PKTN: 0853-1111-1010