Apakah Bisa Hamil Jika Mengalami Endometriosis?
Ditinjau oleh
dr. Linda Lestari, Sp.OG, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi
Diterbitkan 21 Jun 2024
824
Apakah perempuan yang memiliki endometriosis tidak bisa memiliki keturunan? Berikut penjelasan tentang penyebab, gejala dan cara mengatasi endometriosis.
Endometriosis adalah sebuah kondisi di mana sebuah jaringan yang membentuk dinding rahim (endometrium) ditemukan di luar rahim. Menurut data, endometriosis terjadi pada 1 dari 10 perempuan di usia reproduksi. Dan biasanya didiagnosa pada wanita berusia 30an dan 40 an tahun.
Jaringan endometrial (biasa disebut implan) sering kali ditemukan di peritoneum (lapisan dalam perut), indung telur, tuba falopi, permukaan luar rahim, kandung kemih, saluran kencing, dubur, dan area di belakang rahim.
Dalam keadaan normal, jaringan dindingan rahim akan menebal saat Anda akan mengalami masa subur. Ini adalah sebagai persiapan agar ketika terjadi pembuahan, calon janin dapat menempel di dinding rahim.
Jika tidak ada pembuahan, maka endometrium yang menebal akan luruh dan keluar dari tubuh dalam bentuk darah—inilah yang kita kenal dengan menstruasi.
Berikut beberapa gejala umum endometriosis:
Banyak perempuan yang mengalami endometriosis tidak memperlihatkan gejala apa pun. Para perempuan tanpa gejala sering kali mengetahui jika mereka memiliki endometriosis ketika tidak bisa hamil atau ketika sedang akan menjalani operasi.
Bagaimana dengan penyebabnya? Belum diketahui secara pasti apa sebenarnya penyebab kondisi ini. Meski begitu ada beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan seseorang mengalami endometriosis, di antaranya:
Pada kasus endometriosis, jaringan dinding rahim yang tumbuh di luar rahim juga akan meluruh saat mengalami haidnya. Perbedaannya, jaringan yang meluruh tersebut tidak keluar melalui vagina, melainkan akan mengendap di sekitar organ reproduksi.
Akibatnya, jaringan di sekitarnya bisa teriritasi, meradang, dan bengkak. Peluruhan dan pendarahan jaringan yang terjadi setiap bulan ini juga bisa menyebabkan jaringan parut. Jaringan parut ini disebut pelekatan yang terkadang bisa membuat organ-organ saling menempel. Pendarahan, inflamasi, dan jaringan parut bisa menyebabkan rasa sakit, terutama sebelum dan selama menstruasi.
Jika tidak diobati dengan cepat dan tepat, endapan ini lama kelamaan akan menyebabkan kista, kemudian menimbulkan berbagai gangguan kesehatan lain, salah satunya gangguan kesuburan (infertilitas).
Hampir 4 dari 10 perempuan dengan masalah infertilitas mengalami endometriosis. Pasalnya, endometriosis bisa merusak sperma atau sel telur atau mengintervensi gerakan mereka saat menuju tuba falopi dan rahim. Pada kasus endometriosis yang parah, tuba falopi bahkan bisa terblokir karena adanya jaringan parut atau pelekatan.
Meski begitu sebuah penelitian yang dilakukan oleh World Endometriosis Research Foundation menunjukkan bahwa 1 dari 3 perempuan yang mengalami kondisi ini dapat hamil dengan normal tanpa dibantu perawatan kesuburan sama sekali. Namun hal ini tergantung pada tingkat keparahan endometriosis.
Jika seorang perempuan mengalami endometriosis, para ahli menyarankan untuk berkonsultasi dengan dokter secepatnya, yakni sekitar enam bulan setelah mencoba hamil tapi tidak kunjung membuahkan hasil.
Sebelum mendapatkan perawatan dan pengobatan, dokter spesialis kandungan pertama-tama akan melakukan cek fisik, termasuk mengecek panggul. Namun satu-satunya cara untuk mengetahui dengan pasti apakah seseorang mengalami endometriosis adalah dengan prosedur laparoskopi.
Pada prosedur ini, terkadang melibatkan pengambilan sejumlah kecil jaringan dan pengujian di laboratorium (disebut biopsi).
Setelah terbukti memiliki endometriosis, pengobatan dan perawatan yang diberikan akan tergantung pada level keparahannya (minimal, ringan, menengah atau berat), lokasi pertumbuhan dan usia kondisi ini. Dan karena ini adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan, tujuan pengobatannya adalah untuk mengurangi gejala agar pasien tetap bisa beraktivitas dan meningkatkan kemungkinan hamil.
Metode penanganannya bisa dengan obat-obatan, operasi atau keduanya. Ketika nyeri adalah masalah utama, mengonsumsi obat-obatan pereda rasa sakit dan terapi hormon adalah usaha pertama yang akan disarankan oleh dokter.
Jika Anda sedang mencoba untuk hamil, dokter mungkin akan merekomendasikan untuk mengonsumsi obat kesuburan seperti, Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) agonist dan gonadotropin-releasing hormone (GnRH). Obat-obatan ini akan menghentikan tubuh memproduksi hormon yang memicu ovulasi pertumbuhan penebalan endometriosis. Menghentikan penebalan ini akan membuat Anda lebih mudah hamil setelah berhenti mengonsumsi obat-obatan.
Sementara operasi dilakukan jika penderita endometriosis ingin hamil dan melahirkan, serta mengalami nyeri parah yang tidak bisa diatasi dengan obat-obatan.
Setelah operasi, mayoritas perempuan tidak mengalami rasa sakit lagi. Namun ada kemungkinan rasa nyeri ini kembali lagi; hingga 8 dari 10 mengalami rasa nyeri ini lagi dalam 2 tahun setelah operasi. Hal ini mungkin disebabkan endometriosis tidak terlihat atau tidak bisa diangkat saat di operasi. Semakin parah kondisinya, semakin besar kemungkinan akan kembali.
Sejak 10 tahun terakhir angka kekambuhan mulai menurun semenjak ditemukan obat untuk mencegah kekambuhan. Penggunaan obat pengontrol endometriosis setelah operasi tetap diperlukan untuk mengurangi kekambuhan
Jika penanganan ini tidak efektif membantu Anda dan pasangan memiliki anak, dokter mungkin akan merekomendasikan program bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) atau inseminasi buatan atau intrauterine insemination (IUI).
Saat mengalami endometriosis, dokter juga akan menyarankan melakukan perubahan gaya hidup untuk mengatasi rasa nyerinya, termasuk:
Dan meski kondisi ini bisa memengaruhi kemungkinan untuk hamil, mayoritas ahli setuju bahwa endometriosis tidak memiliki efek berbahaya bagi kehamilan dan janin. Dan satu hal yang perlu diingat bahwa banyak perempuan dengan endometriosis bisa hamil, dan memiliki bayi sehat. Tugas Bunda adalah mengenali gejala endometriosis sejak dini, dan konsultasikan dengan dokter untuk mendapati penanganan yang tepat.
Sumber :
American College of Obstetricians and Gynecologists. 2021. Endometriosis.
Sehatq. 2020. Endometriosis.
The Asianparent Indonesia. Endometriosis, Penyakit yang Membuat Wanita Sulit Punya Anak.
Halodoc. 2020. Menstruasi Retrograde Dapat Sebabkan Endometriosis.
Alodokter. Endometriosis.
Shabrina, Andisa. Hello Sehat (2018). 7 Penyebab Endometriosis yang Perlu Anda Waspadai.
Swari, Risky Candra. Hello Sehat (2021). Endometriosis.
Halodoc. 2019. Endometriosis.
Taylor, Marygrace. What to Expect (2020). Can You Get Pregnant With Endometriosis?
Artikel Unggulan
Panduan agar Tetap Sehat Saat Hamil Muda
Saat Bunda positif hamil, apalagi bila ini adalah kehamilan yang pertama, akan banyak sekali hal yang Bunda perhatikan agar bisa menjalani kehamilan ini dengan ...
Ini Mengapa Bunda Perlu Konsumsi Suplemen Prenatal
Tumbuh kembang janin sangat ditentukan oleh asupan ibu selama mengandung. Oleh karena itu penting bagi ibu untuk memenuhi semua asupan nutrisi penting selama ha...
Ini Penyebab Libido Turun saat Hamil
Masalah yang satu ini kadang cukup membuat Bunda merasa gelisah saat dalam masa kehamilan: libido turun saat hamil. Padahal di berbagai tayangan, film, atau art...
Artikel Terkait
Layanan Pengaduan Konsumen
PT Asa Bestari Citta
feedback@diarybunda.co.id
Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen Dan Tertib Niaga
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
Whatsapp Ditjen PKTN: 0853-1111-1010