main-logo
header-image-17754
author-avatar-17754

Ditinjau oleh

dr. Mutia Winanda, M.Gizi, Sp.GK, Dokter Spesialis Gizi Klinik & Konsultan Laktasi

Diterbitkan 23 Des 2021

share-icon

326


Saat baru melahirkan, mungkin Bunda sempat bingung kapan waktu yang tepat untuk menyusui bayi. Tentu saja, karena Bunda tidak ingin bayi kelaparan dan tidak mendapat cukup nutrisi akibat telat menyusu. Bunda bisa mempelajari tanda bayi lapar ASI dan bayi sudah kenyang lewat bahasa tubuhnya.   





Tanda Bayi Lapar ASI Berdasarkan Usia









Bunda sebenarnya tak perlu bingung kapan harus menyusui bayi. Selama ini memang ada perkiraan bahwa bayi biasa menyusu setiap 2-3 jam atau sebanyak 8-12 kali dalam 24 jam karena kapasitas perutnya masih kecil. Namun Bunda juga bisa memerhatikan gerak-gerik dan suara yang ia keluarkan sebagai tanda bayi lapar ASI. 





Memerhatikan tanda-tanda tersebut penting dilakukan agar Bunda bisa segera merespons kebutuhan dan keinginan bayi. Saat tanda-tanda awal diberikan, bayi biasanya masih tenang sehingga Bunda akan lebih mudah menyusuinya. 





Namun jika bayi sudah sangat lapar sehingga akhirnya gelisah dan menangis, maka Bunda harus menenangkannya dulu baru kemudian menyusuinya.





Pada bayi baru lahir, tanda-tanda bayi lapar ASI di antaranya adalah:





  • Awal: Bayi mulai bergerak-gerak cepat, mulutnya terbuka, dan menggerakkan kepala ke kiri dan kanan mencari payudara Bunda.
  • Semakin lapar: Stretching , semakin banyak bergerak-gerak, dan memasukkan tangan ke mulut.
  • Terlambat: Bayi menangis, bergerak-gerak dengan gelisah, dan kulit menjadi kemerahan akibat menangis.




Pada bayi yang lebih tua, tanda-tanda ia lapar dan ingin menyusu bisa ditambahkan dengan:





  • Mengepalkan tangan dan memasukkannya ke dalam mulut.
  • menggerakkan kepala ke kiri dan kanan mencari payudara.
  • Mengerucutkan bibir, menjilat bibir, dan/atau mengeluarkan suara seperti mengecap.
  • Menangis jika sudah terlalu lapar.




Pada bayi sudah dapat mengonsumsi MPASI, berikut tanda-tanda saat ia lapar:





  • Menunjuk ke arah makanan atau meraih makanan yang terlihat.
  • Membuka mulutnya.
  • Terlihat bersemangat saat melihat makanan.
  • Jika ia belum kenyang, maka akan membuat gerakan atau mengeluarkan suara yang menandakan kalau ia masih ingin makan.




Responsive Breastfeeding: Menyusui Lebih dari Sekadar Pemberian Nutrisi









Saat ini, banyak ahli pertumbuhan anak yang menganjurkan Bunda melakukan responsive breastfeeding , yaitu menyusui bayi sesuai tanda-tanda yang diberikan. Bunda dapat menyusui saat ada tanda-tanda bayi lapar ASI, dan menghentikannya saat bayi menunjukkan tanda-tanda kalau ia sudah kenyang.





Pada dasarnya, responsive breastfeeding menjadikan menyusui menjadi momen yang intim bagi Bunda dan bayi. Menyusui tak hanya menyalurkan nutrisi dari Bunda ke bayi lewat ASI. Namun juga menjadi momen untuk saling berbagi cinta dan kasih sayang antara Bunda dan bayi, serta memberi rasa nyaman dan tentram bagi keduanya.





Karena itu, Bunda dianjurkan untuk menyusui bayi tak hanya saat ia lapar tapi juga saat ia sedang sakit atau merasa tidak nyaman. Misalnya saat ia baru selesai diimunisasi, saat perjalanan menggunakan pesawat terbang. Atau saat ia berada di lingkungan baru, sehingga bayi menjadi tenang dan nyaman.





Responsive breastfeeding tak hanya terhadap kebutuhan bayi, tapi juga terhadap kebutuhan Bunda. Misalnya saat Bunda ingin berpelukan dengan bayi, Bunda bisa melakukannya sambil menawarkannya untuk menyusu. 





Atau saat Bunda berencana untuk keluar rumah selama beberapa jam, maka Bunda dapat menyusui bayi terlebih dahulu. Selain untuk mengosongkan isi payudara, juga agar Bunda tidak terlalu kangen bayi saat berpisah.





Perlukah Membuat Jadwal Menyusui untuk Bayi?





relaktasi menyusui




Jika Bunda sudah menerapkan responsive breastfeeding , maka jadwal menyusui bayi tidaklah dibutuhkan. Dengan sendirinya, tanda bayi lapar ASI akan muncul, begitu pula saat ia ingin menyusu karena kenyamanan. Biasanya dengan sendirinya akan terbentuk rutinitas menyusui antara Bunda dengan bayi.





Saat bayi bertambah usia, mereka akan menyusui lebih lama sehingga frekuensi menyusui lebih sedikit, karena kapasitas perut sudah membesar. Bunda sebaiknya tetap melanjutkan responsive breastfeeding karena ada saat-saat tertentu bayi lebih lapar dari biasanya. 





Untuk lebih jelasnya tentang tanda bayi lapar ASI dan responsive breastfeeding , Bunda bisa menanyakannya ke dokter anak dan konsultan laktasi. 





Sumber:





  • CDC. 2021. Signs Your Child is Hungry or Full




  • UNICEF UK. 2016. Responsive Feeding: Supporting Close and Loving Relationships




  • Breastfeeding in Sheffield. Baby Feeding Cues





Punya pertanyaan lain?

Tanyakan kepada dokter di aplikasi! Gratis!

Unduh aplikasi

Punya pertanyaan lain?

Tanyakan kepada dokter di aplikasi! Gratis!

Unduh aplikasi
footer-main-logo
appstore-logogoogleplay-logo
appstore-logogoogleplay-logo

Layanan Pengaduan Konsumen
PT Asa Bestari Citta
feedback@diarybunda.co.id

Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen Dan Tertib Niaga
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
Whatsapp Ditjen PKTN: 0853-1111-1010