Bunda Wajib Tahu tentang Rahim Robek Saat Melahirkan
Ditinjau oleh
dr. Linda Lestari, Sp.OG, Spesialis Obstetri dan Ginekologi
Diterbitkan 16 Sep 2021
3509
Walaupun Bunda mengalami kehamilan yang sehat, tapi ada kalanya, proses melahirkan tetap tak berjalan dengan mulus. Salah satu masalah yang bisa muncul adalah rahim robek saat melahirkan, atau disebut juga dengan ruptur uteri.
Komplikasi melahirkan ini biasanya terjadi pada Bunda yang melahirkan normal per vaginam setelah anak sebelumnya lahir dengan operasi Caesar.
Rahim robek saat melahirkan bisa terjadi karena ada bagian di dinding rahim yang lemah dan rentan, biasanya disebabkan jahitan operasi akibat operasi Caesar.
Saat melahirkan, ada kemungkinan dinding rahim meregang terlalu banyak, sehingga menyebabkan jahitan operasi akhirnya terbuka.
Selain karena peregangan dinding rahim yang terlalu banyak, rahim juga dapat robek saat melahirkan akibat:
Kondisi ini sebenarnya sangat jarang terjadi. Rahim robek secara spontan saat melahirkan terjadi hanya satu kali dalam 17.000 kejadian melahirkan.
Potensi terjadinya akan meningkat pada ibu hamil yang ingin melahirkan dengan metode VBAC ( Vaginal Birth After Caesarean ), yaitu 1 dari 100 kelahiran.
Apa pun penyebabnya, rahim robek saat melahirkan dapat berdampak fatal jika sampai terjadi. Lewat robekan di rahim, bayi akan berpotensi untuk menyelip masuk ke dalam perut Bunda.
Akibatnya, Bunda akan mengalami perdarahan hebat dan bayi bisa mati lemas.
Dokter kandungan akan segera mengambil tindakan saat Bunda menunjukkan gejala-gejala rahim robek, seperti:
Cukup sulit melakukan diagnosa terjadinya rahim robek saat melahirkan, apalagi rahim robek dapat terjadi secara tiba-tiba.
Namun jika terdiagnosa, maka bayi akan segera dikeluarkan dari rahim dengan cara operasi Caesar, terutama jika tanda-tanda vitalnya melemah, untuk menyelamatkan nyawanya.
Jika Bunda mengalami pendarahan hebat akibat rahim yang robek, maka rahim akan diangkat untuk mencegah pendarahan terus terjadi.
Jika tindakan ini diambil, maka membuat Bunda tidak bisa hamil lagi. Jika Bunda kehilangan banyak darah, maka akan segera dilakukan transfusi darah.
Sekitar enam persen bayi yang ibunya mengalami rahim robek saat melahirkan tidak dapat bertahan hidup, sementara sejumlah satu persen ibu yang mengalami rahim robek ini meninggal saat melahirkan.
Deteksi awal potensi rahim robek sangat penting untuk mencegah hal ini terjadi.
Sayangnya kondisi rahim robek ini tidak dapat dicegah. Walaupun begitu, dokter kandungan dapat memprediksi potensi terjadinya rahim robek berdasarkan pemeriksaan kandungan yang dilakukan selama kehamilan.
Prediksi ini juga dapat dilakukan melalui penilaian dari riwayat kehamilan dan proses melahirkan Bunda sebelumnya.
Perempuan yang pernah melakukan operasi Caesar atau operasi rahim memiliki risiko yang lebih tinggi karena luka pada rahim bisa melemah dan robek. Terlebih, beberapa jenis luka cenderung lebih mudah robek selama persalinan per vaginam dibandingkan yang lain.
Jenis jahitan ini lebih banyak dilakukan pada operasi Caesar zaman dulu dan sudah jarang ditemukan sekarang.
Luka tipe ini, yang berawal dari atas sampai ke bawah, ini terkadang dilakukan untuk kelahiran bayi prematur. Operasi fibroid juga cenderung memiliki bentuk luka vertikal ini.
Jenis jahitan yang paling sering ditemukan dalam bekas luka operasi Caesar, dan memiliki risiko terendah Bunda mengalami rahim robek.
Luka ini dibuat dari atas ke bawah di bagian bawah rahim. Luka ini memiliki risiko mengalami rahim robek lebih tinggi dibandingkan horizontal, tapi lebih rendah dibandingkan luka vertikal tinggi.
Bunda tidak akan bisa mengenali jenis jahitan yang Bunda terima saat melakukan operasi Caesar hanya dengan melihatnya. Untuk mengetahuinya, Bunda perlu bertanya kepada dokter atau mengonsultasikan catatan medis.
Selain itu, Bunda juga memiliki risiko mengalami rahim robek jika mencoba VBAC dan telah diinduksi dengan prostaglandins (seperti Cervidil) dan/atau oksitosin (Pitocin).
Jika potensi Bunda untuk mengalami rahim robek pada saat proses melahirkan, maka kemungkinan Bunda akan diminta untuk melahirkan dengan operasi Caesar.
Ini merupakan opsi yang tepat untuk menyelamatkan Bunda dan bayi. Setelah operasi Caesar dilakukan, dokter juga bisa langsung memperbaiki kondisi rahim Bunda yang rentan robek.
Jika Bunda dinilai terlalu berisiko untuk melahirkan dengan metode VBAC, maka sebaiknya pikirkan masak-masak konsekuensinya ya, Bunda. Berkonsultasilah dengan dokter kandungan dan bidan sebelum Bunda mengambil keputusan terbaik.
Sumber:
Healthline Parenthood. 2017. Pregnancy Complications: Uterine Rupture.
Grow by Web MD. 2021. What is Uterine Rupture?
What to Expect. 2020. Uterine Rupture during Pregnancy and Delivery.
Hello Sehat. 2021. Begini Cara Mudah Merawat Bekas Luka Operasi Caesar (Post SC).
Artikel Unggulan
Panduan agar Tetap Sehat Saat Hamil Muda
Saat Bunda positif hamil, apalagi bila ini adalah kehamilan yang pertama, akan banyak sekali hal yang Bunda perhatikan agar bisa menjalani kehamilan ini dengan ...
Ini Mengapa Bunda Perlu Konsumsi Suplemen Prenatal
Tumbuh kembang janin sangat ditentukan oleh asupan ibu selama mengandung. Oleh karena itu penting bagi ibu untuk memenuhi semua asupan nutrisi penting selama ha...
Ini Penyebab Libido Turun saat Hamil
Masalah yang satu ini kadang cukup membuat Bunda merasa gelisah saat dalam masa kehamilan: libido turun saat hamil. Padahal di berbagai tayangan, film, atau art...
Artikel Terkait
Layanan Pengaduan Konsumen
PT Asa Bestari Citta
feedback@diarybunda.co.id
Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen Dan Tertib Niaga
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
Whatsapp Ditjen PKTN: 0853-1111-1010