main-logo
header-image-14611
author-avatar-14611

Ditinjau oleh

dr. Arnold Soetarso, Sp.A, Dokter Spesialis Anak

Diterbitkan 3 Sep 2021

share-icon

1875


Wah, pasti Bunda merasa bingung dan sering terpancing emosi saat menghadapi anak susah makan nasi. Apalagi hidup di Asia, nasi menjadi makanan pokok yang terasa sulit digantikan oleh makanan lain. “Belum makan nasi, berarti belum makan,” begitu biasanya yang dikatakan orang. 





Melihat si Kecil yang mungkin hanya mau minum susu atau hanya makan ayam goreng, atau yang sering kedapatan meminggirkan sayuran di piringnya, Bunda tentu khawatir.





Bagaimana kalau perilakunya menyebabkan kebutuhan gizi hariannya tidak tercukupi? Apakah si Kecil termasuk picky eater ?





Sering Terjadi pada Anak





anak susah makan nasi




Ternyata anak susah makan nasi atau susahnya si Kecil makan makanan tertentu belum tentu dapat dikatakan sebagai picky eater lho, Bun. Menurut IDAI, kebiasaan pilih-pilih makanan diistilahkan dengan sebutan food preference





Selain untuk anak yang pilih-pilih makanan, penolakan terhadap makanan tertentu juga tercakup pada kelompok ini. Istilah ini memang memiliki spektrum yang luas, terbagi atas picky eater hingga selective eater





Kondisi ini banyak dijumpai pada anak di atas usia 1 tahun, di mana mereka mulai mencoba berbagai jenis dan tekstur makanan.





Bahkan dari hasil studi ilmiah, disebutkan bahwa hampir 50% anak mengalami susah makan-makanan tertentu, dengan berbagai alasan. 





Apa Bedanya Picky dan Selective Eater?









Istilah picky eater diberikan kepada si Kecil yang mau mengonsumsi beberapa jenis makanan, tapi menolak mengonsumsi dalam jumlah tertentu.





Selain jumlah yang dianggap tidak mencukupi, picky eater pun erat hubungannya dengan pemilihan rasa dan tekstur makanan tertentu.





Yang perlu diingat, walaupun pilih-pilih makanan, anak yang picky eater masih mau mengonsumsi minimal satu macam makanan dari setiap kelompok karbohidrat, protein, sayur/buah dan susu. Misalnya, mungkin saja anak susah makan nasi, tetapi ia masih mau menyantap roti atau mie.





Sementara selective eater adalah istilah untuk si Kecil yang sama sekali menolak makanan dalam kelompok makanan tertentu. Misalnya sama sekali tidak mengonsumsi kelompok makanan jenis karbohidrat, baik itu nasi, roti atau mie.





Apakah Hal ini Membahayakan Tumbuh Kembang Anak?









Menurut pakar nutrisi, picky eater masih merupakan fase normal dalam tumbuh kembang anak. Lain halnya dengan perilaku selective eater yang dalam jangka panjang dapat menimbulkan risiko defisiensi (kekurangan) makro atau mikronutrien tertentu.





Cermati Dulu









Dalam menghadapi penolakannya pada nasi, coba Bunda cermati dulu apa yang menyebabkan anak susah makan nasi. Ada beberapa kemungkinan:





  • Anak tidak menyukai teksturnya. Coba buat nasi yang lebih keras atau lebih lembek, lihat bagaimana reaksinya.
  • Anak tidak suka rasanya. Mungkin saja anak tidak suka karena rasanya yang hambar. Coba olah nasi menjadi nasi lemak, nasi goreng, atau bubur ayam yang gurih.
  • Anak tidak suka bentuknya. Kalau anak tidak suka nasi karena bentuknya yang berbulir-bulir, mungkin Bunda bisa coba mengubah bentuk nasi menjadi lontong atau ketupat yang lebih padat. Siapa tahu reaksi si Kecil akan berbeda.
     
  • Anak masih merasa kenyang karena sebelum jam makan sudah banyak makan camilan. 




Kiat Menghadapi Anak Susah Makan Nasi





anak susah makan nasi




Agar masalah ini tidak berlarut-larut—mungkin hari ini anak susah makan nasi, besok-besok malah menolak jenis makanan yang lain—coba lakukan beberapa kiat berikut untuk menghadapi si Pemilih:





Jangan memaksa atau memarahinya





Reaksi negatif yang Bunda berikan bisa membekas di dalam pikiran si Kecil, sehingga menjadi trauma tersendiri. 





Kenalkan berbagai jenis makanan secara bertahap, misal: buah di pagi hari, lalu sayuran dan daging di siang dan malam. Lakukan ini dalam periode tertentu hingga anak terbiasa.





Variasikan menu makanannya





Melalui masakan yang enak dan kreatif, Bunda bisa lho, memastikan asupan makanannya tercukupi dengan penyajian makanan yang lebih variatif, misalnya buah dan sayur dalam bentuk smoothies, nasi dalam bentuk onigiri/nasi kepal ala Jepang, bubur, dan sebagainya.





Usahakan untuk makan bersama, bahkan saat sarapan





Sambil makan, Bunda bisa berkomunikasi sekaligus meningkatkan bonding . Selain itu, Bunda juga bisa mengajarkan etika bersantap yang tepat dan langsung menjadi teladannya. Libatkan juga anggota keluarga yang lain untuk turut meluangkan waktu dan makan bersama. 





Ganti suasana





Sesekali pergi piknik bersama keluarga akan sangat menyenangkan lho, makanan pun jadi terasa jauh lebih nikmat! Suasana yang berbeda lengkap dengan bekal makanan olahan Bunda, pasti akan disambut antusias oleh anak.





Kapan Saatnya Khawatir?









Bila dalam jangka waktu tertentu Bunda melihat ada salah satu dari kondisi berikut ini, berarti sudah waktunya membawa si Kecil untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut:





  • Tubuhnya lemas, lesu, dan kurang berenergi
  • Kesulitan mengunyah dan menelan
  • Muntah atau diare
  • Rewel saat makan yang menunjukkan adanya rasa sakit
  • Kegelisahan, agresi, reaksi tertentu atau perilaku berulang, yang mengindikasikan pada gejala autisme atau yang lainnya.








Sumber :





IDAI. 2015. Pilih-pilih Makanan.





Healthline. 2020. ‘Picky Eating’ Can Start Early: What Parents Should and Shouldn’t Do About It.





Healthline. 2018. 16 Helpful Tips for Picky Eaters.










Punya pertanyaan lain?

Tanyakan kepada dokter di aplikasi! Gratis!

Unduh aplikasi

Punya pertanyaan lain?

Tanyakan kepada dokter di aplikasi! Gratis!

Unduh aplikasi
footer-main-logo
appstore-logogoogleplay-logo
appstore-logogoogleplay-logo

Layanan Pengaduan Konsumen
PT Asa Bestari Citta
feedback@diarybunda.co.id

Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen Dan Tertib Niaga
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
Whatsapp Ditjen PKTN: 0853-1111-1010