Hati-hati Pilih Obat Batuk untuk Ibu Menyusui
Ditinjau oleh
dr. Mutia Winanda, M.Gizi, Sp. GK, Dokter Spesialis Gizi Klinik dan Konselor Laktasi
Diterbitkan 28 Jul 2021
581
Bunda, bila mengalami batuk saat menyusui, jangan sembarang minum obat, ya. Ternyata ada beberapa hal yang harus dicek dulu sebelum memilih obat batuk ibu menyusui. Berikut penjelasannya.
Batuk sebenarnya merupakan reaksi alami yang dikeluarkan tubuh untuk melawan hal-hal yang dianggap sebagai gangguan pada sistem saluran napas. Melalui batuk, tubuh bisa membersihkan lendir atau faktor penyebab iritasi lainnya agar keluar dari paru-paru.
Ada berbagai penyebab timbulnya batuk, di antaranya:
Batuk pada ibu menyusui perlu mendapat penanganan segera agar tidak menularkannya kepada si Kecil. Bukan hanya itu, dengan penanganan cepat, Bunda akan lebih cepat pulih sehingga bisa kembali mendampingi pengasuhan si Kecil.
Terutama pada masa pancaroba, batuk dan pilek kerap menyerang. Sebenarnya obat-obatan pereda gejala batuk yang dijual bebas terbilang cukup aman untuk dikonsumsi ibu menyusui, namun perlu diperiksa terlebih dulu kandungan yang terdapat di dalamnya.
Kekhawatiran yang muncul terutama adalah apakah obat-obatan tersebut akan terserap ke dalam ASI dan bisa memengaruhi si Kecil. Beberapa penelitian menyatakan bahwa dari dosis obat yang diminum oleh Bunda, hanya kurang dari 1% yang masuk ke dalam ASI. Tetapi untuk beberapa obat dengan bahan aktif tertentu, sebaiknya dihindari oleh ibu menyusui.
Berdasarkan berbagai sumber, dikatakan bahwa ada beberapa bahan aktif di dalam obat batuk tidak disarankan atau harus digunakan secara hati-hati untuk ibu menyusui, yaitu:
Obat batuk yang mengandung antihistamin generasi pertama seperti difenhidramin dan klorfeniramin biasanya memberi efek kantuk. Karena adanya efek kantuk ini, maka kurang direkomendasikan pada ibu menyusui.
Meskipun demikian, kandungan antihistamin yang masuk ke dalam ASI sangat kecil sehingga risiko untuk muncul reaksi pada bayi juga minimal.
Banyak obat flu dan batuk yang mengandung Pseudoefedrin sebagai pelega sumbatan hidung, yang turut mengikuti gejala batuk atau alergi. Bahan ini disebut dapat terserap ke dalam ASI sehingga kemungkinan memicu kegelisahan dan rewel pada si Kecil.
Selain itu, pseudoefedrin juga dapat menurunkan produksi ASI sehingga sebaiknya tidak digunakan pada ibu menyusui.
Dalam beberapa penelitian, diperkirakan bahwa kombinasi antara antihistamin dan pseudoefedrin dapat memengaruhi produksi ASI, yaitu membuat ASI berkurang. Namun, seperti bahan aktif lainnya, belum didapatkan hasil pengujian final mengenai efek samping dari bahan-bahan ini.
Banyak obat batuk yang mengandung aspirin sebagai pereda nyeri dan guaifenesin yang berfungsi sebagai ekspektoran (pengencer dahak).
Sayangnya, belum tersedia hasil penelitian yang final untuk pengaruh guaifenesin sebagai obat batuk ibu menyusui, namun para pakar tidak menyarankan bahan ini untuk dikonsumsi ibu menyusui.
Sama seperti pada pengobatan batuk berdahak, bahan aktif ini pun belum didukung penelitian final mengenai tingkat keamanannya atau timbulnya efek samping pada bayi yang minum ASI dari ibu yang mengalami batuk kering.
Para pakar bersepakat untuk menunda penggunaan obat ini pada ibu menyusui, sampai setidaknya bayi berusia di atas 2 bulan.
Untuk bahan aktif ini, pakar kesehatan sudah bersepakat bahwa untuk ibu menyusui perlu menghindari obat batuk yang mengandung potassium iodide sebagai ekspektoran atau pengencer dahak, karena bahan ini dapat diserap ke dalam ASI.
Dalam jangka panjang, bahan ini dapat menimbulkan risiko gangguan fungsi tiroid pada bayi, bahkan lebih berbahaya pada bayi baru lahir atau berusia kurang dari sebulan.
Bahan aktif ini dapat menimbulkan pengaruh pada si Kecil yang menyerapnya melalui ASI.
Sebelum memutuskan untuk minum obat-obatan kimia, Bunda sebenarnya bisa juga mencoba menggunakan bahan-bahan alami yang lebih aman sebagai obat batuk ibu menyusui, misalnya:
Meskipun Bunda sudah minum obat, ada baiknya tetap menjaga interaksi dengan si Kecil agar tidak terjadi penularan. Pemberian ASI harus terus dilakukan, meski mungkin tidak dapat memberikannya secara langsung selama beberapa waktu.
Berikut ini adalah beberapa tips agar batuk tidak menulari si Kecil:
Bunda, bila kondisi batuk yang Bunda rasakan tidak berkurang setelah 3-7 hari, Bunda perlu memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut.
Hal ini disebabkan terkadang batuk yang kita anggap biasa berkembang menjadi infeksi yang lebih berat, misalnya timbul sesak napas, sakit pada telinga, radang tenggorokan, dan sebagainya.
Sumber:
Healthline. 2016. Is It Safe to Take Cold Medicine While Breast-Feeding?
Halodoc. 2020. Obat Batuk yang Aman dan Alami untuk Ibu Menyusui.
Orami. 2021. Ketahui Rekomendasi Obat Batuk Ibu Menyusui yang Bisa Dikonsumsi.
Artikel Unggulan
Panduan agar Tetap Sehat Saat Hamil Muda
Saat Bunda positif hamil, apalagi bila ini adalah kehamilan yang pertama, akan banyak sekali hal yang Bunda perhatikan agar bisa menjalani kehamilan ini dengan ...
Ini Mengapa Bunda Perlu Konsumsi Suplemen Prenatal
Tumbuh kembang janin sangat ditentukan oleh asupan ibu selama mengandung. Oleh karena itu penting bagi ibu untuk memenuhi semua asupan nutrisi penting selama ha...
Ini Penyebab Libido Turun saat Hamil
Masalah yang satu ini kadang cukup membuat Bunda merasa gelisah saat dalam masa kehamilan: libido turun saat hamil. Padahal di berbagai tayangan, film, atau art...
Artikel Terkait
Layanan Pengaduan Konsumen
PT Asa Bestari Citta
feedback@diarybunda.co.id
Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen Dan Tertib Niaga
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
Whatsapp Ditjen PKTN: 0853-1111-1010