Ingin Menggunakan Jasa Donor ASI? Perhatikan Ini!
Ditinjau oleh
dr. Mutia Winanda, M.Gizi, Sp. GK, Dokter Spesialis Gizi Klinik dan Konselor Laktasi
Diterbitkan 6 Agt 2021
1304
Produksi ASI yang dihasilkan tiap ibu berbeda. Sebagian Bunda memiliki kondisi tertentu sehingga tidak bisa menyusui langsung, sehingga memerlukan donor ASI untuk mencukupi kebutuhan bayi. Agar segala sesuatu lancar saat menggunakan bantuan ini, ikuti yuk panduan memilih donor ASI berikut!
Praktek donor ASI sudah menjadi hal yang lumrah. Apalagi di zaman digital seperti sekarang ini. Orang akan dengan mudah menawarkan ASI bagi yang membutuhkan. Namun, niat baik tersebut tentunya tetap harus dipertimbangkan saat menerima donor ASI dari orang yang tidak kenal dengan baik.
Bunda sendiri pasti akan merasa was-was Si Kecil harus minum ASI dari orang lain. Namun, banyak faktor menyebabkan Bunda terpaksa menggunakan dari donor ASI, yaitu seperti berikut:
Berbeda dengan negara maju yang memiliki bank ASI sebagai tempat mendonorkan dan mencari ASI yang dibutuhkan, pencarian donor ASi di Indonesia lebih banyak dilakukan secara independen. Pada prakteknya, Bunda harus banyak mencari tahu di mana, siapa, yang dapat membantunya memberikan ASI pada Si Kecil.
Kemudahan teknologi dengan adanya internet dan media sosial memudahkan Bunda mencari informasi yang dibutuhkan.
Bunda yang mendapatkan donor ASI dari lembaga atau komunitas donor ASI, harus memastikan bahwa ASI berasal dari unit donor ASI yang mempermudah akses pendonor dan penerima yang menjamin keamanan, etik dan kesehatan pendonor. Donor yang dilakukan juga harus sesuai prosedur atau protokol standar internasional.
Namun yang paling aman, Bunda memilih donor ASI dari orang atau lingkungan yang Bunda kenal betul. Tentu saja dengan prosedur yang tetap ditetapkan, seperti skrining pendonor dengan beberapa persyaratan di bawah ini.
Walau Bunda sangat memerlukan ASI dari ibu lain untuk keperluan Si Kecil, jangan lakukan dengan terburu-buru, Bun. Pastikan Bunda menerapkan beberapa syarat berikut sebelum menggunakan ASI dari donor ASI:
Penggunaan ASI perah dari donor ASI bukanlah sesuatu yang dilarang, tapi terdapat banyak risiko untuk bayi. Misalnya saja, Si Kecil berisiko tertular berbagai penyakit, di antaranya HIV/AIDS, Hepatitis B dan C, Cytomegalovirus (CMV) atau penyakit yang menghilangkan pendengaran, dan Human T Lymphotropic Virus (HTLV) salah satu virus penyebab leukemia.
Oleh sebab itu, Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) merekomendasikan untuk memanaskan ASI perah tersebut. Ini untuk meminimalkan risiko si Kecil tertular berbagai penyakit.
Berikut tiga metode pemanasan ASI donor yang bisa Bunda terapkan:
ASI dipanaskan dalam wadah kaca tertutup di suhu 62,5 o C selama 30 menit. Keuntungan cara ini adalah matinya sebagian virus dan bakteri. Sedangkan kerugiannya, zat nutrisi dalam ASI rusak atau berkurang dan dapat mengaktifkan spora jamur.
ASI sebanyak 50 ml ditaruh dalam botol kaca atau botol selai ukuran sekitar 450 ml, letakkan terbuka di dalam panci aluminium berukuran satu liter berisi 450 ml air. Panaskan panci di atas kompor sampai air mendidih.
Angkat botol kaca berisi ASI dan diamkan hingga suhunya siap untuk diminum Si Kecil. Keuntungan cara ini adalah sebagian besar zat nutrisi di ASI masih baik. Tapi kerugiannya, efektivitas membunuh kumannya tidak sebaik metode holder.
Panaskan air sebanyak 450 ml di panci alumunium berukuran satu liter sampai mendidih. Setelah itu, letakkan botol kaca terbuka yang berisi ASI sebanyak 50 ml ke dalam panci selama 20 menit. Kemudian angkat dan diamkan hingga suhu ASI siap diminum Si Kecil.
ASI tidak dapat disangkal lagi memenuhi semua kebutuhan untuk tumbuh kembang bayi. Itulah sebabnya, badan-badan kesehatan dunia merekomendasikan Bunda memberikan ASI eksklusif minimum 6 bulan di awal masa hidup Si Kecil, karena kandungan ASI yang sangat bermanfaat bagi Si Kecil. Namun di sisi lain, bila Bunda memiliki halangan dalam memproduksi ASI, ada risiko dari donor ASI yang harus Bunda tanggung.
Berbeda dengan ASI, susu formula mengandung nutrisi yang lebih kompleks daripada ASI, sehingga akan lebih sulit dicerna oleh bayi. Selain itu, sebagian bayi juga dapat menunjukkan gejala alergi saat mengonsumsi susu formula.
Selama setidaknya enam bulan pertama kehidupan bayi, ASI memang menjadi prioritas makanan bagi Si Kecil. Jika Bunda memilih untuk menggunakan jasa donor ASI, Bunda sangat perlu berhati-hati dalam memilihnya. Ada baiknya Bunda berkonsultasi dengan pakar laktasi sebelum mencari donor ASI.
Secara hirarki, makanan terbaik bagi bayi di bawah 6 bulan adalah ASI yang berikan dengan cara disusui langsung oleh ibunya. Jika tidak bisa menyusui langsung, maka pilihan kedua adalah ASI perah dari ibu kandungnya.
Jika ASI perah dari ibu jandung juga tidak tersedia maka pilihan ketiga adalah ASI donor dari pendonor ASI yang telah melalui proses skrining yang tepat. Jika ketiga pilhan di atas tidak tersedia maka barulah susu formula menjadi pilihan terakhir untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Penggunaan susu formula harus atas rekomendasi dokter dan atas indikasi medis ya, Bunda.
Sumber:
Aimi Asi. 2017. Donor ASI: Membantu VS Bumerang Bagi Ibu Menyusui.
Klikdokter. 2019. Ibu Tidak Bisa Memberikan ASI, Pilih Donor ASI atau Susu Formula?
Nakita Grid. 2018. Jangan Langsung Berikan ASI Donor Kepada Bayi, Lakukan Hal Penting ini Demi Kesehatannya!
Artikel Unggulan
Panduan agar Tetap Sehat Saat Hamil Muda
Saat Bunda positif hamil, apalagi bila ini adalah kehamilan yang pertama, akan banyak sekali hal yang Bunda perhatikan agar bisa menjalani kehamilan ini dengan ...
Ini Mengapa Bunda Perlu Konsumsi Suplemen Prenatal
Tumbuh kembang janin sangat ditentukan oleh asupan ibu selama mengandung. Oleh karena itu penting bagi ibu untuk memenuhi semua asupan nutrisi penting selama ha...
Ini Penyebab Libido Turun saat Hamil
Masalah yang satu ini kadang cukup membuat Bunda merasa gelisah saat dalam masa kehamilan: libido turun saat hamil. Padahal di berbagai tayangan, film, atau art...
Artikel Terkait
Layanan Pengaduan Konsumen
PT Asa Bestari Citta
feedback@diarybunda.co.id
Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen Dan Tertib Niaga
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
Whatsapp Ditjen PKTN: 0853-1111-1010