Ini 3 Tips Mencegah Perdarahan Pascamelahirkan
Diterbitkan 19 Des 2022
4495
Perdarahan pascamelahirkan sebenarnya merupakan hal yang wajar terjadi setelah proses melahirkan. Umumnya pendarahan ini terjadi selama beberapa minggu setelah persalinan. Namun, jika pendarahan yang terjadi berlebihan, hal ini dapat berbahaya bagi ibu dan janin atau bahkan menyebabkan kematian.
Dalam istilah medis, pendarahan pascamelahirkan yang tidak normal ini disebut dengan perdarahan postpartum atau postpartum hemoragik. Menurut WHO, setidaknya 25 persen kematian ibu hamil terjadi karena perdarahan postpartum. Angkanya bahkan mencapai 100.000 kematian ibu per tahun.
Perdarahan pascamelahirkan yang berlebihan dapat terjadi jika ibu hamil terlalu banyak bergerak atau berdiri tiba-tiba. Selain itu, pendarahan berat usai melahirkan juga disebabkan karena kondisi plasenta yang tidak normal (plasenta akreta atau retensio plasenta), pembekuan darah, atonia uteri, dan melahirkan usia dini.
Perdarahan postpartum yang cukup parah dapat ditandai dengan penuhnya pembalut kurang dari 1 jam atau pendarahan tak kunjung mereda setelah beberapa hari. Beberapa gejala umum lainnya dari perdarahan postpartum yaitu pusing, pingsan, detak jantung tidak beraturan, dan gumpalan darah yang keluar cukup besar serta banyak. Berdasarkan tingkat keparahan, pendarahan setelah melahirkan ini terbagi ke dalam dua jenis, yaitu:
1. Perdarahan postpartum primer (PPH primer)
PPH primer merupakan pendarahan yang terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan dan dapat membuat Bunda kehilangan darah lebih dari 500 mililiter. Umumnya, pendarahan ini disebabkan karena otot rahim yang lemas (atonia uteri), retensi plasenta, luka robek pada rahim, leher rahim, dan gangguan pembekuan darah.
2. Pendarahan postpartum sekunder (PPH sekunder)
Berbeda dengan PPH primer, PPH sekunder terjadi setelah 24 jam hingga 12 minggu setelah melahirkan. Bunda yang mengalami PPH sekunder dapat kehilangan darah sekitar lebih dari 500 ml. Umumnya kondisi ini diakibatkan oleh infeksi pada rahim atau yang biasa disebut dengan endometritis yang sering menjadi penyebab utama kematian pada ibu melahirkan. Selain itu, PPH sekunder juga dapat disebabkan karena retensi plasenta dan kantong air ketuban yang masih tersisa di rahim.
Perdarahan pascamelahirkan merupakan salah satu komplikasi kesehatan yang cukup umum ditemui dan biasa terjadi pada wanita di atas usia 35 tahun. Beberapa faktor lain yang meningkatkan risiko terjadinya pendarahan setelah melahirkan yang abnormal antara lain obesitas, melahirkan anak kembar, plasenta previa, anemia saat hamil, proses persalinan yang lebih dari 12 jam, serta bayi yang lahir di atas 4 kg.
Untuk itu, sejak kehamilan sebaiknya Bunda mencegah terjadinya perdarahan pascamelahirkan yang abnormal dengan beberapa cara berikut:
Salah satu cara untuk mencegah terjadi pendarahan postpartum adalah dengan rutin memeriksakan kandungan ke dokter. Dengan begini, kesehatan Bunda dan janin dapat terpantau dengan baik. Selain itu, dokter juga dapat mempertimbangkan berbagai faktor risiko dan kondisi kehamilan Bunda seperti perdarahan pascamelahirkan yang terjadi pada kehamilan sebelumnya, golongan darah langka, serta gangguan perdarahan.
Obesitas selama kehamilan dan bayi lahir dengan berat badan berlebih dapat meningkatkan risiko cedera selama persalinan seperti bayi tersangkut di jalan lahir atau ibu mengalami pendarahan. Untuk itu, sebaiknya Bunda menjaga berat badan ideal selama kehamilan agar bayi dapat lahir dengan berat badan yang normal. Agar berat badan tetap ideal selama kehamilan, konsumsi makanan dengan gizi yang seimbang dan hindari mengonsumsi makanan cepat saji atau junk food.
Untuk mencegah terjadinya perdarahan berlebihan setelah melahirkan, penting bagi Bunda untuk mengonsumsi asupan bernutrisi baik pada saat kehamilan maupun pada masa nifas. Bunda dapat mengonsumsi asupan yang kaya akan protein, zat besi, kalsium, vitamin A, vitamin C, dan juga serat. Selain itu, jangan lupa untuk mencukupi kebutuhan air putih minimal 2 liter per hari agar Bunda terhindar dari dehidrasi yang dapat memperburuk kondisi nifas.
Umumnya, perdarahan pascamelahirkan yang terjadi tidak lama setelah melahirkan pasti langsung ditangani oleh tenaga medis. Namun, jika perdarahan berlebihan ini terjadi setelah Bunda pulang ke rumah, segera kunjungi unit gawat darurat terdekat untuk penanganan lebih lanjut karena hal ini dapat berakibat fatal jika tidak segera diatasi.
Bunda juga bisa mengantisipasi hal ini dengan membuat asuransi kehamilan Bekal Proteksi Bunda. Asuransi kehamilan Bekal Proteksi Bunda dapat memberikan perlindungan jiwa dan risiko (seperti perdarahan pascamelahirkan) yang terjadi baik dalam periode masa kehamilan atau pun setelah kelahiran selama maksimum 30 hari setelah kelahiran.
Sumber
Webmd. 2021. Vaginal Bleeding After Birth: When to Call a Doctor
What to Expect. 2021. Postpartum Bleeding (Lochia)
Healthline. 2018. Is Postpartum Bleeding Normal?
Artikel Unggulan
Panduan agar Tetap Sehat Saat Hamil Muda
Saat Bunda positif hamil, apalagi bila ini adalah kehamilan yang pertama, akan banyak sekali hal yang Bunda perhatikan agar bisa menjalani kehamilan ini dengan ...
Ini Mengapa Bunda Perlu Konsumsi Suplemen Prenatal
Tumbuh kembang janin sangat ditentukan oleh asupan ibu selama mengandung. Oleh karena itu penting bagi ibu untuk memenuhi semua asupan nutrisi penting selama ha...
Ini Penyebab Libido Turun saat Hamil
Masalah yang satu ini kadang cukup membuat Bunda merasa gelisah saat dalam masa kehamilan: libido turun saat hamil. Padahal di berbagai tayangan, film, atau art...
Artikel Terkait
Layanan Pengaduan Konsumen
PT Asa Bestari Citta
feedback@diarybunda.co.id
Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen Dan Tertib Niaga
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
Whatsapp Ditjen PKTN: 0853-1111-1010