Kondisi dan Metode Induksi Persalinan yang Perlu Bunda Ketahui
Ditinjau oleh
dr Andri Welly, SpOG, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi
Diterbitkan 28 Feb 2023
4980
Bagi Bunda yang sedang menjalani kehamilan dan sedang menanti kelahiran si Kecil, pasti pernah mendengar tentang istilah induksi persalinan. Induksi persalinan adalah cara untuk mengakhiri proses kehamilan atau mempercepat proses persalinan dengan menstimulasi/ merangsang serta memperkuat kontraksi pada rahim.
Induksi persalinan biasanya dilakukan ketika kondisi usia kehamilan Bunda sudah memasuki waktu persalinan, namun belum menunjukkan tanda-tanda melahirkan. Tetapi tidak menutup kemungkinan dapat dilakukan induksi persalinan pada keadaan kehamilan yang masih kurang bulan (prematur), tergantung dari kondisi Bunda dan janin yang dikandung. Langkah ini diambil untuk mempercepat proses persalinan agar tidak membahayakan Bunda dan janin.
Ada beberapa kondisi lain yang membuat ibu hamil disarankan untuk melakukan induksi persalinan, di antaranya:
Namun ada juga beberapa kondisi Bunda yang tidak memungkinkan untuk melakukan induksi persalinan dan dirujuk untuk melakukan operasi sesar antara lain:
Namun, hal yang penting yang harus diketahui oleh Bunda, adalah syarat-syarat untuk dilakukan induksi persalinan yaitu:
Lamanya proses induksi persalinan yang dibutuhkan untuk merangsang kontraksi pada setiap ibu hamil berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor (antara lain usia kehamilan, panjang serviks/leher rahim) serta metode dan jenis obat yang digunakan.
Metode ini dilakukan dokter kandungan dengan cara menyapukan jari di sekitar rahim untuk memisahkan lapisan kantung ketuban dengan rahim. Membrane sweep adalah cara induksi yang akan ditawarkan bidan atau dokter sebelum Bunda melakukan metode induksi lainnya. Tetapi harus diketahui, bahwa proses ini dapat dilakukan apabila telah terjadi pembukaan serviks (mulut rahim). Proses ini akan membuat tubuh mengeluarkan hormon prostaglandin yang merangsang terjadinya persalinan alami.
Metode Induksi ini berupa obat yang membentuk hormon oksitosin. Oksitosin adalah hormon alami yang diproduksi oleh tubuh dan berfungsi untuk merangsang terjadinya kontraksi alami saat proses persalinan. Dalam prosedur induksi persalinan, obat golongan oksitosin diberikan melalui cairan infus agar masuk ke pembuluh darah lalu dosisnya akan ditingkatkan secara bertahap sampai Bunda mengalami kontraksi teratur setiap 5-10 menit.
Misoprostol adalah salah satu preparat sintetik prostaglandin E1, merupakan obat yang diberikan secara oral (diminum), diletakkan di bawah lidah, atau dapat dimasukan ke dalam vagina dalam proses induksi persalinan. Misoprostol membantu terjadinya kontraksi rahim dan membuat leher rahim terbuka lebih lebar sehingga dapat mempercepat proses persalinan. Metode menggunakan obat misoprostol dilakukan dengan tujuan untuk pematangan serviks. Jika serviks sudah matang, maka kemungkinan untuk timbulnya kontraksi dan terjadinya persalinan akan lebih besar.
Amniotomi merupakan salah satu metode induksi persalinan dengan cara memecahkan air ketuban dengan menggunakan alat kait amniotomi yang disebut dengan AmniHook atau Amnicot atau dengan menggunakan jari pemeriksa. Metode ini dilakukan jika kantong air ketuban belum juga pecah saat menjelang persalinan atau persalinan sudah berlangsung lama.
Pecahnya air ketuban ini dapat merangsang kontraksi kuat sehingga dapat mempercepat proses persalinan. Namun harus diperhatikan, jika selaput ketuban telah dipecahkan, maka akan dapat menimbulkan risiko infeksi pada janin dan Bunda.
Terdapat beberapa metode untuk induksi secara mekanik, yaitu antara lain dengan menggunakan dilator higroskopik, osmotik dilator (laminaria), folley kateter, preparat double baloon atau infus cairan salin ekstra amniotik.
Rangsangan pada puting, baik satu atau dua puting, dapat memicu timbulnya pelepasan hormon oksitosin alami (dari tubuh), sehingga dapat memicu timbulnya kontraksi.
Walaupun induksi persalinan dianggap aman, namun ada beberapa kemungkinan risiko yang perlu dipertimbangkan, di antaranya:
Salah satu risiko dalam proses induksi persalinan adalah timbulnya kontraksi yang berlebihan, atau bahkan tidak teratur. Normal kontraksi dapat dirasakan oleh Bunda sebanyak 3 s/d 5 kali selama 10 menit, dengan lama kontraksi selama 30-60 detik. Dikatakan takisistole pabila kontraksi rahim timbul lebih dari 5 kali selama 10 menit, dengan lama kontraksi lebih dari 60 detik.
Kontraksi otot rahim yang kuat saat induksi persalinan dapat menyebabkan pasokan oksigen dan nutrisi ke janin menjadi berkurang. Hal ini biasanya disebabkan adanya penekan pada tali pusat janin oleh kontraksi otot rahim. Untuk itu, selama proses induksi, dokter selalu melakukan pemantauan detak jantung janin, bisa dengan menggunakan fetal doppler atau dengan CTG.
Pada saat induksi persalinan, dapat meningkatkan risiko terjadi pecahnya selaput ketuban. Konsekuensi yang ditimbulkan dengan pecahnya selaput ketuban (baik pada kasus induksi ataupun pada kasus pecah sebelum diinduksi), risiko infeksi pada janin dan Bunda akan meningkat karena janin tidak lagi memiliki pelindung terhadap invasi bakteri sehingga rentan mengalami infeksi. Selain membahayakan janin, infeksi ini pun juga dapat membahayakan Bunda.
Ruptur uteri adalah robeknya dinding rahim (uterus) dan merupakan komplikasi induksi persalinan yang cukup serius. Hal ini dapat disebabkan pada Bunda dengan adanya bekas operasi pada rahim misalnya operasi sesar, operasi mioma uteri pada rahim. Namun tidak menutup kemungkinan juga dapat terjadi pada Bunda yang tidak memiliki riwayat operasi pada rahim. Ruptur uteri berisiko menyebabkan terjadinya kematian pada Bunda dan janin, perdarahan hebat, risiko rawat di ruangan ICU, risiko transfusi darah.
Induksi persalinan meningkatkan risiko otot rahim tidak dapat berfungsi dengan baik setelah melahirkan, karena proses induksi merupakan proses perangsangan yang terus menerus. Kondisi ini dapat memicu pendarahan yang cukup serius. Hal tersebut biasanya terjadi pada kasus induksi yang lebih dari 24 jam.
Kontraksi yang ditimbulkan karena induksi dapat menyebabkan timbulnya stres pada janin. Induksi persalinan merupakan prosedur medis yang tidak mudah serta memiliki risiko bagi Bunda dan janin. Namun, dengan tindakan dan pengawasan yang ketat oleh dokter dan tim medis, induksi persalinan dapat menjadi opsi terbaik untuk mempercepat proses persalinan dengan aman.
Tidak jarang terjadi yang dinamakan gagal induksi. Meskipun Bunda sudah melalui proses induksi persalinan, namun kontraksi rahim tidak kunjung timbul.
Sumber:
ACOG Practice Bulletin No. 107: Induction of labor. 2009 Aug;114 (2 Pt 1):386-397. doi: 10.1097/AOG.0b013e3181b48ef5.
NHS UK. 2020. Inducing labor
Mayo Clinic. 2020. Labor Induction
The American Collage of Obstetricians and Gynecologist. 2021. FAQs About Labor Induction
Healthline. 2020. Pitocin Induction: The Risk and Benefits
Docdoc. 2020. What is Amniotomy: Overview, Benefits, and Expected Results
Artikel Unggulan
Panduan agar Tetap Sehat Saat Hamil Muda
Saat Bunda positif hamil, apalagi bila ini adalah kehamilan yang pertama, akan banyak sekali hal yang Bunda perhatikan agar bisa menjalani kehamilan ini dengan ...
Ini Mengapa Bunda Perlu Konsumsi Suplemen Prenatal
Tumbuh kembang janin sangat ditentukan oleh asupan ibu selama mengandung. Oleh karena itu penting bagi ibu untuk memenuhi semua asupan nutrisi penting selama ha...
Ini Penyebab Libido Turun saat Hamil
Masalah yang satu ini kadang cukup membuat Bunda merasa gelisah saat dalam masa kehamilan: libido turun saat hamil. Padahal di berbagai tayangan, film, atau art...
Artikel Terkait
Layanan Pengaduan Konsumen
PT Asa Bestari Citta
feedback@diarybunda.co.id
Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen Dan Tertib Niaga
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
Whatsapp Ditjen PKTN: 0853-1111-1010