Mengapa ASI Seret? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya
Ditinjau oleh
dr. Mutia Winanda, M.Gizi, Sp. GK, Dokter Spesialis Gizi Klinik dan Konselor Laktasi
Diterbitkan 21 Okt 2021
758
ASI seret selalu menjadi momok bagi semua Bunda. Pasalnya, selama 6 bulan usia pertama kehidupannya, hanya ASI yang menjadi asupan sehari-hari Si Kecil. Bila produksi ASI yang dihasilkan seret, tentu akan mengancam kebutuhan nutrisi bayi. Bagaimana mengakali ASI seret yang terjadi?
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan untuk memberikan ASI eksklusif setidaknya sampai 6 bulan usia pertama bayi. Setelah itu, Bunda dapat memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) dan tetap memberikan ASI sampai usia bayi 2 tahun.
Tidak ada pedoman baku berapa jumlah ASI yang dibutuhkan bayi, karena setiap bayi memiliki kebutuhan yang berbeda. Namun, Bunda dapat menjadikan informasi berikut sebagai perkiraan kebutuhan bayi berdasarkan usia:
Kebanyakan bayi baru lahir akan menyusu setiap 2-3 jam sekali atau 8-12 kali dalam kurun 24 jam.
Rata-rata kebutuhan ASI bayi pada usia ini akan bertambah 30 ml setiap bulan dibanding bulan sebelumnya. Ketika sudah genap berusia 6 bulan, bayi harus mulai diberikan makanan padat pendamping ASI (MPASI).
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, tidak ada pedoman pasti mengenai kebutuhan ASI bayi. Bisa saja bayi menyusu lebih banyak dari jumlah tersebut. Bunda disarankan untuk menyusui bayi sesuai kemauan Si Kecil.
Dengan kebutuhan ASI sepanjang hari selama enam bulan pertama kehidupannya, tentu Bunda was-was apakah ASI yang diproduksi akan cukup atau tidak memenuhi kebutuhan Si Kecil.
Untuk memastikan bayi mendapatkan asupan yang cukup, tetap jaga asupan nutrisi Bunda. Dan terus menyusui karena cara kerja produksi ASI adalah: semakin sering Bunda menyusui, maka akan semakin banyak pula produksi yang dihasilkan.
Bila perlu, Bunda dapat menambah durasi pengeluaran ASI dari payudara dengan memompa ASI selain saat menyusui. Bunda juga dapat melakukan pijatan payudara untuk merangsang keluarnya ASI.
Namun, kondisi kesehatan memang bisa menyebabkan ASI seret. Beberapa kondisi kesehatan yang mempengaruhi produksi ASI termasuk:
Penyebab ASI seret bisa juga disebabkan oleh:
Memberikan ASI dengan cara menyusui membuat Bunda tidak dapat mengukur dengan pasti seberapa banyak ASI yang telah dikonsumsi Si Kecil. Berbeda dengan pemberian ASI melalui botol yang memiliki ukuran tertulis pada botol.
Agar Bunda dapat mengetahui cukup tidaknya bayi mendapatkan asupan ASI, Bunda dapat melihat dari gejala berikut:
Jika Bunda mengganti setidaknya tiga hingga empat popok yang berisi kotoran besar setiap hari pada saat ia berusia 5 hingga 7 hari, artinya Si Kecil mendapatkan cukup ASI.
Saat ia berusia 2 bulan dan frekuensi kotoran menjadi berkurang, Bunda tidak perlu khawatir karena hal tersebut masih normal terjadi.
Jika popok Si Kecil basah setiap kali Bunda menggantinya, setidaknya enam kali sehari pada usia lebih dari 6 hari, hal tersebut menandakan Si Kecil mendapat ASI yang cukup.
Kencing yang berwarna kuning muda atau tidak berwarna menandakan bahwa Si Kecil tidak mengalami dehidrasi.
Jika Si Kecil banyak menangis dan rewel, bisa jadi Si Kecil masih lapar. Namun perlu diingat bahwa bayi bisa rewel karena alasan yang tidak terkait dengan rasa lapar, seperti popok kotor, gas, atau kolik.
Tanda yang lebih pasti lain adalah bayi bertambah berat badannya. Kenaikan berat badan rata-rata 4 hingga 7 ons per minggu menunjukkan bahwa Si Kecil mendapatkan cukup susu.
Namun Bunda perlu tahu, bahwa banyak bayi kehilangan berat badan setelah lahir maksimal hingga 10% dari berat lahirnya selama tujuh sampai 10 hari pertama.
Jadi jangan khawatir bila Si Kecil sempat kehilangan berat badan ya, Bun. Bila ia mendapatkan ASI yang cukup, berat badannya akan berangsur-angsur pulih ke berat normal bahkan lebih pada usia 2 minggu.
Bunda tidak perlu khawatir bila ASI belum keluar maksimal. Ada beberapa cara yang dapat Bunda lakukan untuk dapat merangsang keluarnya ASI dari payudara. Berikut di antaranya:
Bila ASI seret masih terjadi setelah melakukan hal di atas, Bunda dapat melakukan metode power pumping .
Power pumping adalah teknik meniru frekuensi menyusu bayi yang sedang dalam masa growth spurt (percepatan pertumbuhan). Selama masa growth spurt , bayi akan lebih sering menyusu dan lebih lama durasi menyusunya.
Power pumping dilakukan dengan cara berikut:
Power pumping dilakukan bukan untuk menggantikan jadwal pompa biasa, namun sebagai sesi tambahan. Idealnya, power pumping dilakukan pada malam hari karena jumlah hormon prolaktin lebih tinggi pada malam hari. Selamat mencoba, Bun!
Sumber:
Hello Sehat. 2021. 10 Cara agar Produksi ASI Lebih Banyak Secara Alami.
Alodokter. 2020. Kenali Beragam Cara Meningkatkan Jumlah ASI Perah.
SehatQ. Rekomendasi Sayuran untuk Mpasi dan Tips Memberikannya.
Medela. Too Little Breast Milk? How to Increase Low Milk Supply.
Artikel Unggulan
Panduan agar Tetap Sehat Saat Hamil Muda
Saat Bunda positif hamil, apalagi bila ini adalah kehamilan yang pertama, akan banyak sekali hal yang Bunda perhatikan agar bisa menjalani kehamilan ini dengan ...
Ini Mengapa Bunda Perlu Konsumsi Suplemen Prenatal
Tumbuh kembang janin sangat ditentukan oleh asupan ibu selama mengandung. Oleh karena itu penting bagi ibu untuk memenuhi semua asupan nutrisi penting selama ha...
Ini Penyebab Libido Turun saat Hamil
Masalah yang satu ini kadang cukup membuat Bunda merasa gelisah saat dalam masa kehamilan: libido turun saat hamil. Padahal di berbagai tayangan, film, atau art...
Artikel Terkait
Layanan Pengaduan Konsumen
PT Asa Bestari Citta
feedback@diarybunda.co.id
Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen Dan Tertib Niaga
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
Whatsapp Ditjen PKTN: 0853-1111-1010