Mengenal Bedanya Alergi Susu dan Intoleransi Laktosa
Ditinjau oleh
dr. Mutia Winanda, M.Gizi, Sp. GK, Dokter Spesialis Gizi Klinik dan Konselor Laktasi
Diterbitkan 23 Jun 2021
877
Kandungan laktosa yang ada pada susu, menyebabkan informasi mengenai dua gangguan pencernaan yang berbeda ini sering dianggap sama. Banyak Bunda yang masih sulit membedakan antara intoleransi laktosa dan alergi susu yang terjadi pada Si Kecil. Agar tidak salah kaprah, yuk pelajari kedua kondisi ini!
Alergi susu adalah reaksi tidak normal dari sistem kekebalan tubuh terhadap susu atau produk yang mengandung susu. Setiap kali bayi mengonsumsi susu, terutama susu sapi, tubuhnya akan menganggap bahwa kandungan protein dalam susu tersebut berbahaya bagi tubuh.
Untuk bisa mengetahui apakah anak mengalami alergi susu, Bunda bisa mengeceknya dengan allergy symptom checker.
Terdapat dua jenis protein utama pada susu sapi yang dapat menyebabkan reaksi alergi. Pertama adalah kasein, yang ditemukan di bagian padat (dadih) susu yang menggumpal.
Kedua adalah whey , yang ditemukan di bagian cair susu yang tersisa setelah susu menjadi kental. Bayi dapat alergi terhadap salah satu protein susu atau keduanya.
Berbeda dengan alergi susu, intoleransi laktosa pada bayi adalah ketidakmampuan sistem pencernaan bayi dalam mencerna laktosa, yaitu sejenis gula alami yang terkandung di dalam susu dan produk susu lainnya.
Intoleransi laktosa jarang terjadi pada bayi karena bayi terlahir cukup bulan sudah memiliki enzim laktase pada saluran cernanya untuk mencerna laktosa yang juga terdapat pada ASI.
Seiring dengan bertambahnya usia, enzim laktase kadarnya akan menurun, sehingga anak biasanya dapat mengalami intoleransi laktosa di atas usia 3 tahun.
Namun intoleransi laktosa dapat terjadi pada bayi dan bersifat sementara pascainfeksi saluran cerna.
Selain itu, bayi yang lahir prematur juga lebih cenderung memiliki risiko untuk mengalami intoleransi laktosa karena kekurangan enzim laktase di saluran cernanya.
Berbeda dengan alergi susu yang gejalanya dapat terjadi di seluruh tubuh bayi, intoleransi laktosa hanya menimbulkan gejala di saluran pencernaan.
Bayi yang diberi susu sapi cenderung lebih sering menderita intoleransi laktosa, oleh karena itu pemberian ASI eksklusif bagi buah hati Ibu sangat dianjurkan.
Bayi yang mengalami intoleransi laktosa baru akan merasakan gejalanya setelah 30 menit sampai dua jam setelah mengonsumsi susu dan produk susu lainnya. Gejalanya berupa perut buncit karena kembung, nyeri perut, mual, muntah, hingga diare.
Sama seperti intoleransi laktosa, alergi pada susu juga menunjukkan gejala sakit perut, pusing, dan diare.
Namun pada alergi susu, bayi juga dapat mengalami ruam pada sekujur tubuh, bengkak pada bibir dan tenggorokan, dan juga kesulitan bernapas.
Bayi dengan alergi susu disarankan untuk tidak mengonsumsi produk susu apa pun, sementara bayi dengan intoleransi laktosa masih dapat mengonsumsi produk susu lainnya.
Misalnya, bayi dengan intoleransi laktosa masih dapat mengonsumsi keju dan yoghurt yang memiliki sedikit kandungan laktosa.
Sementara penderita alergi susu, harus menghindari semua kandungan susu. Bayi dengan intoleransi laktosa juga masih dapat mengonsumsi susu lain seperti susu kedelai atau almond.
Namun asupan kedua bayi baik dengan alergi susu dan intoleransi laktosa akan kalsium tetap harus dijaga.
Hal ini tetap dapat dilakukan dengan memberikan asupan makanan kaya kalsium yang tidak mengandung laktosa, seperti brokoli, kangkung, lobak hijau, salmon, almond, kedelai, buah kering, jus jeruk dan tahu.
Bayi yang alergi terhadap susu berisiko terserang anafilaksis atau anafilaktik, yakni syok yang disebabkan oleh reaksi alergi yang berat. Reaksi ini akan mengakibatkan penurunan tekanan darah secara drastis sehingga aliran darah ke seluruh jaringan tubuh terganggu.
Akibatnya, muncul gejala berupa sulit bernapas, bahkan penurunan kesadaran. Susu adalah faktor ketiga setelah kacang dan kacang pohon yang menyebabkan anafilaksis.
Anafilaksis memerlukan penanganan medis segera dan perawatan dengan suntikan epinephrine (adrenalin). Bila tidak ditangani secepatnya, anafilaksis berisiko mengancam jiwa seseorang
Gejala anafilaksis, termasuk pembengkakan tenggorokan, yang akhirnya menghambat pernapasan, muka memerah, gatal, dan syok yang menyebabkan turunnya tekanan darah yang drastis.
Untuk menurunkan risiko syok anafilaksis, Bunda dapat melakukan tes alergi dan selalu waspada membaca label keterangan pada kemasan makanan, terutama jika Si Kecil memiliki alergi lain, atau ada riwayat alergi pada keluarga.
Sumber:
IDAI. 2013. Mengenali Alergi Susu Sapi pada Anak.
Alodokter. 2020. Perbedaan Alergi Susu Sapi dan Intoleransi Laktosa pada Bayi dan Solusinya.
Halodoc. 2021. Ketahui Perbedaan Intoleransi Laktosa dan Alergi Susu Sapi pada Bayi.
Everyday Health. 2012. Lactose Intolerance or Milk Allergy: What's the Difference?
Mayo Clinic. Milk Allergy.
Artikel Unggulan
Panduan agar Tetap Sehat Saat Hamil Muda
Saat Bunda positif hamil, apalagi bila ini adalah kehamilan yang pertama, akan banyak sekali hal yang Bunda perhatikan agar bisa menjalani kehamilan ini dengan ...
Ini Mengapa Bunda Perlu Konsumsi Suplemen Prenatal
Tumbuh kembang janin sangat ditentukan oleh asupan ibu selama mengandung. Oleh karena itu penting bagi ibu untuk memenuhi semua asupan nutrisi penting selama ha...
Ini Penyebab Libido Turun saat Hamil
Masalah yang satu ini kadang cukup membuat Bunda merasa gelisah saat dalam masa kehamilan: libido turun saat hamil. Padahal di berbagai tayangan, film, atau art...
Artikel Terkait
Layanan Pengaduan Konsumen
PT Asa Bestari Citta
feedback@diarybunda.co.id
Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen Dan Tertib Niaga
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
Whatsapp Ditjen PKTN: 0853-1111-1010