Tipes pada Anak dan Cara Mencegahnya
Ditinjau oleh
dr. Arnold Soetarso, Sp.A, Dokter Spesialis Anak
Diterbitkan 2 Nov 2021
884
Dibandingkan orang dewasa, tipes atau demam tifoid lebih rentan menyerang anak-anak karena sistem imunnya lebih rendah. Di dunia, penderita tipes dan paratipes dalam setahun mencapai 14,3 juta orang.
Sebagian besar merupakan tipes pada anak dengan jumlah 12,6 persen terjadi pada anak balita serta 55,9 persen pada anak di bawah usia 15 tahun.
Di Indonesia, penderita tipes cukup tinggi di beberapa provinsi. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengambil langkah-langkah agar anak tidak menderita tipes, dimulai dengan vaksinasi tifoid.
Penyakit tipes disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi yang berhubungan dengan sistem pencernaan.
Penyakit tipes, termasuk tipes pada anak, dapat terjadi akibat mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri Salmonella typhi atau tertular oleh orang yang menjadi carrier atau pembawa bakteri tersebut.
Faktor risiko dari penyakit ini di antaranya adalah tinggal di tempat dengan sanitasi yang buruk, tidak mempunyai akses ke air bersih, serta anak-anak dengan sistem imun yang lemah.
Gejala-gejala dan tanda tipes pada anak mulai muncul sekitar 1-2 minggu setelah terinfeksi bakteri. Anak akan menderita demam yang konsisten pada sore-malam hari dan secara bertahap suhunya terus meningkat. Demam tidak turun dengan pemberian obat penurun panas biasa.
Gejala lain umumnya berhubungan dengan sistem pencernaan, seperti sakit perut, diare, dan sembelit. Anak juga mungkin akan kelelahan, mudah mual, dan sakit kepala.
Jika tidak segera ditangani, maka penyakit tipes dapat menyebabkan komplikasi dan menjadi sangat serius, bahkan dapat membahayakan jiwa.
Komplikasinya dapat berupa peritonitis, pendarahan di saluran pencernaan, dan ensefalopati. Setelah anak sembuh dari penyakit ini, maka ia akan menjadi pembawa bakteri Salmonella typhi .
Jika menunjukkan gejala penyakit tipes, maka Bunda harus segera membawa anak ke rumah sakit. Tergantung tingkat keparahan dan kondisi anak, misalnya anak sampai menderita dehidrasi dan lemas akibat diare, maka ada kemungkinan ia harus menjalani rawat inap di rumah sakit karena harus diinfus.
Tipes pada anak juga akan diobati menggunakan antibiotik untuk membunuh bakteri penyebabnya. Antibiotik harus dikonsumsi sampai habis walau kondisi anak sudah membaik.
Jika anak bisa berobat jalan, maka ia akan mendapat antibiotik oral dan obat penurun panas paracetamol serta disarankan menjalani bed rest agar cepat pulih.
Ajari anak untuk selalu mencuci tangan menggunakan sabun setelah buang air, dan jangan menyentuh makanan yang disajikan untuk orang banyak agar tidak menularkan bakteri ke orang lain. Anak baru boleh keluar rumah setelah ia sudah dinyatakan sembuh oleh dokter untuk mencegah penularan ke orang lain.
Salah satu cara yang bisa Bunda lakukan untuk pencegahan tipes pada anak adalah dengan pemberian vaksin tifoid.
Menurut jadwal imunisasi anak yang direkomendasikan IDAI, vaksin ini diberikan kepada anak usia di atas dua tahun dan pemberiannya perlu diulang setiap tiga tahun.
Pada Desember 2017, WHO melakukan prakualifikasi terhadap sebuah vaksin tifoid konjugasi untuk digunakan pada anak-anak mulai usia enam bulan.
Tahun ini, Indonesia baru saja menyelesaikan uji klinis fase II dari vaksin tersebut, yang disebut vaksin tifoid polisakarida konjugasi Vi-DT. Uji coba ini dilakukan terhadap anak usia di bawah 24 bulan, setelah pada 2018 dilakukan uji klinis fase I untuk orang dewasa 18-40 tahun dan anak usia 2-5 tahun.
Baik hasil uji klinis fase I dan fase II menyatakan bahwa vaksin tifoid ini aman untuk digunakan.
Selain imunisasi tifoid, pencegahan tipes pada anak juga dapat dilakukan lewat gaya hidup. Ajari anak kebiasaan untuk menjaga kebersihan dirinya dengan selalu mencuci tangan menggunakan sabun setelah buang air, saat tangan kotor, dan sebelum makan, serta tidak jajan sembarangan.
Bunda juga harus memastikan agar rumah terjaga kebersihannya, serta air minum dan makanan di rumah aman untuk dikonsumsi anak.
Sumber:
CDC. 2021. Typhoid and Paratyphoid Fever
FK UI (2021). Dosen FKUI Teliti Keamanan dan Imunogenisitas Vaksin Tifoid Polisakarida Konjugasi Vi-Diphtheria Toxoid pada Bayi dan Anak Usia di Bawah 24 bulan
WHO. 2018. Typhoid
IDAI. 2016. Mengenal Demam Tifoid
KidsHealth. 2017. Typhoid Fever
Artikel Unggulan
Panduan agar Tetap Sehat Saat Hamil Muda
Saat Bunda positif hamil, apalagi bila ini adalah kehamilan yang pertama, akan banyak sekali hal yang Bunda perhatikan agar bisa menjalani kehamilan ini dengan ...
Ini Mengapa Bunda Perlu Konsumsi Suplemen Prenatal
Tumbuh kembang janin sangat ditentukan oleh asupan ibu selama mengandung. Oleh karena itu penting bagi ibu untuk memenuhi semua asupan nutrisi penting selama ha...
Ini Penyebab Libido Turun saat Hamil
Masalah yang satu ini kadang cukup membuat Bunda merasa gelisah saat dalam masa kehamilan: libido turun saat hamil. Padahal di berbagai tayangan, film, atau art...
Artikel Terkait
Layanan Pengaduan Konsumen
PT Asa Bestari Citta
feedback@diarybunda.co.id
Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen Dan Tertib Niaga
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
Whatsapp Ditjen PKTN: 0853-1111-1010