main-logo

Waspadai Fimosis, yang Mengincar Bayi Laki-Laki Bunda

header-image-17032
author-avatar-17032

Ditinjau oleh

dr. Fatimah Hidayati, Sp.A, Dokter Spesialis Anak

Diterbitkan 15 Nov 2021

share-icon

918


Bunda yang punya anak laki-laki, perlu mewaspadai bila terjadi fimosis pada bayi. Ketahui lebih jauh tentang fimosis melalui paparan berikut ini. 





Apa Itu Fimosis?





sunat bayi perempuan




Fimosis adalah sebuah kondisi di mana kulit kulup pada penis (kulit yang menutupi ujung penis) tidak dapat ditarik ke belakang dari kepala penis karena terlalu ketat.





Kondisi kulit yang terlalu ketat ini sering terjadi pada bayi laki-laki yang tidak disunat, namun biasanya tidak menjadi masalah sebelum usianya 3 tahun. 





Penyebab Fimosis pada Bayi





asi seret saat menyusui




Kondisi fimosis pada bayi dapat terjadi secara alami maupun sebagai akibat dari bekas perlukaan berupa jaringan parut. Anak laki-laki yang mengalami fimosis boleh saja tidak menjalani pengobatan, kecuali bila kondisi ini membuat mereka sulit BAK atau terasa sangat mengganggu.





Dalam kondisi yang parah, fimosis bisa berkembang menjadi beberapa kondisi: 





  • Peradangan kepala penis (balanitis)
  • Infeksi kelenjar kulup (balanoposthitis)
  • Parafimosis, yaitu kemacetan pada kulit kulup yang ditarik secara paksa ke belakang kepala penis, sehingga aliran darah ke ujung penis menjadi terhenti.




Gejala Fimosis





infeksi saluran kemih pada bayi




Pada umumnya fimosis tidak bergejala secara khusus ataupun menimbulkan rasa sakit atau nyeri, sehingga anak-anak biasanya tidak mengeluhkan masalah ini.





Namun lama kelamaan, fimosis bisa mengganggu proses BAK, maupun menyulitkan Bunda saat harus membersihkan daerah bawah kulit penis. 





Bila daerah di sekitar kepala penis jarang dibersihkan, maka bisa memicu terjadinya infeksi, seperti infeksi saluran kemih. 





Adapun tanda dan gejala terjadinya infeksi akibat fimosis pada bayi di antaranya:





  • Terlihat adanya perubahan warna pada kulit kulup penis
  • Muncul ruam atau bintik-bintik kemerahan
  • Terasa nyeri
  • Ada rasa gatal
  • Muncul pembengkakan pada penis
  • Gangguan BAK seperti BAK nyeri/perih/tersendat/tidak lampias/keruh




Ketahuilah Bunda, bahwa fimosis pada bayi cukup umum terjadi. Seiring bertambahnya usia Si Kecil, biasanya kulup penis akan berkurang pengetatannya, lalu longgar dengan sendirinya. 





Namun demikian, pada beberapa kasus fimosis pada bayi juga dapat berlanjut hingga masa pubertas. Jika kondisi ini terjadi, Bunda perlu membawa si Kecil ke dokter untuk dilakukan pengobatan.





Penanganan Fimosis pada Bayi





memandikan bayi




Bila kondisinya cukup ringan dan bayi tidak rewel maupun merasa sakit, Bunda bisa menangani fimosis ini secara mandiri. Namun Bunda tidak disarankan untuk menarik kulup dari kepala penis, karena bisa menyebabkan rasa sakit dan perlukaan, serta kerusakan pada kulit kulup penis bayi.





Cara mengendurkan kulit kulup penis si Kecil adalah dengan membersihkan penis secara teratur menggunakan air hangat dan sabun berbahan lembut setiap kali mandi. Setelah itu, keringkan secara perlahan. 





Jangan gunakan bedak pada penis si Kecil ya, Bun. Karena bedak dapat menyumbat pori-pori kulit dan terkumpul pada lipatan kulit, sehingga dapat memicu iritasi kulit bahkan infeksi.





Pengobatan Fimosis pada Bayi





bayi disunat




Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik dan memantau gejala-gejala yang timbul, sebelum akhirnya dapat dibuat diagnosis. Bila dipastikan terjadi infeksi, maka pengobatan terhadap infeksi akan dilakukan, misalnya dengan menggunakan antibiotik.





Penanganannya tergantung pada tingkat keparahan fimosis yang terjadi. Mungkin si Kecil akan memerlukan terapi berupa tindakan retraksi kulit kulup yang dilakukan setiap hari agar kulit tersebut bisa melonggar dengan sendirinya. 





Dokter mungkin saja akan meresepkan krim kortikosteroid untuk dioleskan pada ujung kulit kulup penis hingga tiga kali sehari selama satu bulan. Tujuan dari penggunaan krim ini adalah untuk membantu mengendurkan kulit yang mengencang tersebut.





Meski demikian, bukan berarti fimosis sudah sembuh, ya, Bun. Karena bisa saja kulit kulup akan mengetat kembali di kemudian hari. 





Bila fimosis pada bayi ini dianggap sudah cukup parah, dokter mungkin akan merekomendasikan tindakan sunat. Dengan tindakan ini, semua bagian kulup maupun sebagian akan dihilangkan, sehingga peredaran darah menjadi lebih lancar dan proses BAK tidak lagi terganggu. 





Bunda, fimosis pada bayi bisa menjadi kondisi yang serius dan menimbulkan rasa nyeri. Namun kondisi ini dapat diobati dengan tingkat keberhasilan tinggi. Jadi, segera hubungi dokter jika kemaluan bayi memperlihatkan gejala-gejala di atas. 









Sumber:





Hello Sehat. 2021. Fimosis.





Good Doctor. 2020. Fimosis pada Bayi: Ini Ciri-ciri, Penyebab dan Cara Mengatasinya.





Healthline. 2018. Everything You Should Know About Phimosis.





Medical News Today. 2017. What is Phimosis?










Punya pertanyaan lain?

Tanyakan kepada dokter di aplikasi! Gratis!

Unduh aplikasi

Punya pertanyaan lain?

Tanyakan kepada dokter di aplikasi! Gratis!

Unduh aplikasi
footer-main-logo
appstore-logogoogleplay-logo
appstore-logogoogleplay-logo

Layanan Pengaduan Konsumen
PT Asa Bestari Citta
feedback@diarybunda.co.id

Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen Dan Tertib Niaga
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
Whatsapp Ditjen PKTN: 0853-1111-1010