main-logo

Epilepsi pada Anak, Kenali Gejala dan Penanganannya

header-image-25050
author-avatar-25050

Ditinjau oleh

dr. Kevin Adrian Djantin, Project and Collaboration Medical Editor Alodokter

Diterbitkan 14 Apr 2025

share-icon

6


Epilepsi pada anak tentu bisa membuat orang tua panik, karena bisa membuat anak kejang, bahkan pingsan. Meski begitu, Bunda dianjurkan untuk tetap tenang ya saat Si Kecil mengalami epilepsi. Soalnya, ada kok beberapa penanganan yang bisa dilakukan untuk mengatasi kejang akibat epilepsi.





Epilepsi terjadi ketika aktivitas listrik otak mengalami gangguan, Bun. Karena gangguan tersebut, epilepsi bisa membuat anak mengalami kejang . Kondisi ini bisa dimulai dari usia berapa pun, mulai dari bayi, anak-anak, hingga remaja. 





Meski epilepsi umumnya ditandai dengan kejang, tidak semua kejang terjadi karena epilepsi ya, Bun. Kejang bisa juga terjadi apabila Si Kecil sedang demam tinggi atau mengalami cedera otak.





Jenis Epilepsi pada Anak dan Gejala yang Bisa Muncul





Gejala epilepsi yang paling sering terjadi adalah kejang, Bun. Nah, kejang akibat epilepsi ini terbagi dalam dua jenis, yaitu kejang parsial dan kejang total, tergantung pada bagian otak mana yang mengalami gangguan, seberapa parah gangguannya, serta gejala apa saja yang muncul selama kejang.





Nah, berikut ini adalah penjelasan jenis kejang akibat epilepsi, serta gejala yang bisa muncul pada masing-masing jenisnya:





Kejang parsial





Kejang parsial akibat epilepsi pada anak terjadi ketika aliran listrik otak mengalami gangguan di area tertentu pada satu sisi otak. 





Umumnya, sebelum mengalami kejang ini, anak terlebih dahulu mengalami tanda-tanda awalnya, seperti ketakutan, deja vu, perasaan gembira berlebihan, tidak enak badan, serta perubahan pada kemampuan melihat, mendengar, atau mencium sesuatu.





Kejang parsial ini juga terbagi lagi menjadi dua jenis, yaitu kejang parsial sederhana dan kompleks. Kejang parsial sederhana umumnya memengaruhi otot pada satu sisi tubuh, misalnya di tangan atau kaki. Selain itu, kejang ini juga tidak membuat anak sampai pingsan, tetapi mengalami gejala lain, seperti berkeringat, mual, dan terlihat pucat.





Sementara itu, kejang parsial kompleks bisa membuat anak pingsan, Bun. Tidak hanya itu, anak juga bisa menunjukkan perilaku tidak biasa, misalnya menggigit bibir, tertawa tiba-tiba, menangis terus-menerus, atau berlari dan berteriak. Ini terjadi karena gangguan aliran listrik terjadi pada bagian otak yang mengendalikan emosi.





Kejang total





Berbeda dengan kejang parsial, kejang total terjadi saat kedua sisi otak mengalami gangguan aliran listrik otak. Anak yang mengalami kejang total bisa mengalami penurunan kesadaran hingga pingsan setelah kejang. 





Sama seperti kejang parsial, kejang total juga terbagi dalam beberapa jenis, Bun. Berikut ini adalah jenis-jenis beserta gejalanya:





  • Kejang absans (petit mal), bisa membuat anak kebingungan, tidak merespons ketika dipanggil atau seperti melamun, tatapan kosong, mengunyah meski tidak sedang makan, menjilat bibir, serta mengedipkan mata.
  • Kejang atonik, bisa membuat anak tiba-tiba terjatuh ketika berdiri atau menundukkan kepala, kelopak mata sulit membuka, badan lemas, dan tidak bisa memegang benda apa pun.
  • Kejang tonik-klonik, bisa membuat tubuh anak tegang atau gemetar, lalu berubah menjadi lemas, dengan disertai gejala lain, seperti sakit kepala berat, nyeri tubuh, atau kebingungan.
  • Kejang mioklonik, bisa membuat tubuh anak bergerak cepat, terutama setelah bangun tidur.




Seperti yang telah disebutkan di atas, kejang akibat epilepsi pada anak tidak hanya berupa tubuh bergetar tidak terkendali, tetapi ada banyak bentuknya. Kejang ini juga bisa berbeda-beda pada setiap anak, tergantung jenis yang dialaminya.





Episode epilepsi ini umumnya terjadi sebanyak 2–3 kali dalam sehari, Bun. Lamanya kejang umumnya beragam, tetapi lebih sering sekitar 30 detik sampai 2 menit, lalu akan berhenti dengan sendirinya. Apabila kejang berlangsung lebih dari 5 menit dan tak kunjung membaik, anak perlu segera dibawa ke IGD.





Langkah Penanganan Epilepsi pada Anak





Selama Si Kecil mengalami kejang akibat epilepsi, usahakan untuk tetap tenang dan tidak terlalu panik ya, Bun. Sebab, ada berbagai penanganan awal yang bisa Bunda lakukan untuk menolongnya, terutama dari cedera yang bisa saja terjadi. Nah, berikut ini adalah beberapa penanganan epilepsi yang dapat Bunda lakukan:





  • Bawa Si Kecil ke tempat yang lebih aman apabila tanda-tanda epilepsi muncul.
  • Jauhkan Si Kecil dari barang yang berbahaya di sekitarnya, misalnya barang tajam dan keras, perabotan rumah, serta tangga.
  • Posisikan tubuh Si Kecil berbaring menyamping, baik ke kanan atau ke kiri, agar ia tidak tersedak akibat cairan dalam mulutnya masuk ke dalam jalan napas.
  • Letakkan sesuatu yang empuk, seperti jaket atau selimut, di bawah kepala Si Kecil, serta lepaskan bila bajunya terlalu tebal.
  • Jangan coba untuk menghentikan gerakan tubuh Si Kecil ketika kejang.
  • Jangan memasukkan apa pun ke dalam mulut Si Kecil karena bisa mengakibatkan cedera pada area mulut dan gigi serta menghambat pernapasannya.
  • Pantau setiap perilaku Si Kecil saat epilepsi berlangsung, termasuk lamanya kejang berlangsung.




Setelah epilepsi berlangsung dan kondisi Si Kecil terlihat stabil, biarkan ia istirahat terlebih dahulu ya, Bun. Bunda juga bisa memberikan obat epilepsi atau obat antikejang bila sebelumnya sudah diresepkan oleh dokter. 





Selain itu, Si Kecil mungkin bingung saat sudah sadar. Jadi, Bunda perlu mengatakan bahwa semua baik-baik saja dan temani ia sampai keadaannya lebih tenang.





Meski terdengar menyeramkan, epilepsi sebenarnya bisa dikontrol. Anak dengan epilepsi juga bisa hidup dengan normal, seperti anak seusianya. 





Bunda perlu melakukan beberapa hal yang dianjurkan dokter agar epilepsi Si Kecil bisa terkontrol, misalnya dengan  memberikannya obat, menjauhkan Si Kecil dari pemicu epilepsi, membawa Si Kecil ke dokter untuk kontrol rutin, serta mengawasi aktivitas Si Kecil.





Apabila Si Kecil mengalami tanda-tanda epilepsi seperti yang telah disebutkan di atas, sebaiknya konsultasikan ke dokter melalui chat online ya, Bun. Dengan begitu, Bunda bisa memastikan kondisi kesehatan Si Kecil dan melakukan perawatan yang tepat agar Si Kecil bisa hidup dengan normal.





Sumber





National Institutes of Health (2023). Informed Health. Epilepsy: Learn More – Epilepsy in Children: Types and Treatment Options.





Victoria State Government (2023). BetterHealth Channel. Epilepsy - First Aid and Safety.





Cleveland Clinic (2024). Atonic Seizure.





Cleveland Clinic (2023). Epilepsy in Children.





Cleveland Clinic (2022). Focal Seizure.





Johns Hopkins Medicine (2024). Conditions and Diseases. Seizures and Epilepsy in Children.





Mayo Clinic (2025).Absence Seizure.





Mayo Clinic (2025). Tonic-Clonic (Grand Mal) Seizure.





Mayo Clinic (2024). Seizures.





Ikatan Dokter Anak Indonesia (2022). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Epilepsi pada Anak.





Ikatan Dokter Anak Indonesia. Seputar Epilepsi Pada Anak.





Ikatan Dokter Anak Indonesia. Memahami epilepsi pada anak.





Healthy Children Australia (2023). Health Issues. Seizure First Aid for Children.





Nunez, K. Healthline (2021). Myoclonic Seizures and Epilepsy Overview.





KidsHealth New Zealand (2024). Seizure First Aid In Children.





Frysh, P. WebMD (2024). What Are Seizure Clusters?





Griffin, R. WebMD (2023). What Are the Types of Epilepsy?


Punya pertanyaan lain?

Tanyakan kepada dokter di aplikasi! Gratis!

Unduh aplikasi

Punya pertanyaan lain?

Tanyakan kepada dokter di aplikasi! Gratis!

Unduh aplikasi
footer-main-logo
appstore-logogoogleplay-logo
appstore-logogoogleplay-logo

Layanan Pengaduan Konsumen
PT Asa Bestari Citta
feedback@diarybunda.co.id

Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen Dan Tertib Niaga
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
Whatsapp Ditjen PKTN: 0853-1111-1010