main-logo

Hipertensi dalam Kehamilan, Jenis dan Bahayanya

header-image-24242
author-avatar-24242

Ditinjau oleh

dr. Gracia Fensynthia, Medical Editor Alodokter

Diterbitkan 6 Des 2024

share-icon

99


Hipertensi dalam kehamilan ditandai dengan tingginya tekanan darah ibu hamil melebihi nilai normal. Sebenarnya, kondisi ini tidak selalu berbahaya. Namun, apabila tidak dikontrol dengan baik, tekanan darah tinggi berisiko membahayakan ibu hamil dan janin.





Menjaga tekanan darah tetap stabil selama kehamilan sangatlah penting. Tekanan darah ibu hamil yang normal berkisar di angka 120/80 mmHg. Sementara itu, ibu hamil dikatakan mengalami hipertensi bila tekanan darah melebihi batas normal, yaitu di atas 140/90 mmHg dalam 2 kali pengukuran. 





Jenis Hipertensi dalam Kehamilan





Tahukah Bunda, tekanan darah tinggi umumnya memang dapat terjadi saat kehamilan. Kondisi ini bisa disebabkan oleh perubahan hormon, peningkatan volume darah, stres , atau memiliki riwayat tekanan darah tinggi sebelum mengandung.





Hal tersebut menjadikan hipertensi dalam kehamilan terbagi menjadi empat jenis, tergantung dari kapan tekanan darah tinggi terjadi dan gejala yang ditimbulkan. 





Berikut ini adalah penjelasan lengkapnya:





1. Hipertensi kronis





Hipertensi kronis adalah jenis hipertensi yang sudah terjadi sejak sebelum ibu mengandung atau sebelum kehamilan berusia 20 minggu. 





Kebanyakan ibu hamil yang menderita hipertensi kronis tidak merasakan gejala apa pun. Namun, pada beberapa kasus, tekanan darah yang sangat tinggi bisa membuat keluhan sakit kepala, pusing, nyeri dada, sesak napas, penglihatan kabur, hingga detak jantung yang tidak beraturan.





Hipertensi kronis berlanjut selama kehamilan, bahkan hingga ibu melahirkan. Oleh karena itu, ibu yang menderita hipertensi kronis harus rutin memeriksakan kondisi ini ke dokter selama masa kehamilan.





2. Hipertensi gestasional





Jenis hipertensi dalam kehamilan yang umum terjadi adalah hipertensi gestasional. Tekanan darah tinggi ini biasanya baru terjadi saat kandungan berusia 20 minggu atau saat kehamilan memasuki trimester kedua. Saat diperiksa lebih lanjut, tidak ditemukan adanya protein dalam pemeriksaan urine dan fungsi organ tubuh baik.





Gejala yang ditimbulkan pun berbeda-beda pada setiap ibu hamil. Sebagian ibu hamil ada yang tidak mengalami gejala sehingga kondisi ini biasanya baru diketahui saat melakukan pemeriksaan kehamilan. 





Akan tetapi, ada juga penderita hipertensi gestasional yang mengalami gejala berupa pusing atau sakit kepala, penglihatan buram, mual dan muntah, nyeri di ulu hati atau perut kanan atas, wajah, kaki atau tangan sering bengkak ( edema ), hingga buang air kecil sedikit.





Meski umumnya hipertensi gestasional bisa menghilang setelah ibu melahirkan, kondisi ini bisa saja berkembang menjadi preeklamsia.





3. Preeklampsia





Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dan terus meningkat hingga kandungan berusia lebih dari 20 minggu bisa berisiko berkembang menjadi preeklampsia . Kondisi ini biasanya terjadi pada trimester terakhir kehamilan dan ditandai dengan kelebihan protein dalam urine.





Ibu hamil yang mengalami preeklampsia harus memperoleh penanganan yang tepat. Hal ini karena preeklamsia bisa menyebabkan kerusakan pada organ hati, ginjal, darah, atau otak penderitanya. Bahkan, preeklampsia juga bisa membahayakan bayi di dalam kandungan. 





Oleh karena itu, ibu hamil perlu waspada apabila mengalami gejala preeklampsia, seperti sakit kepala hebat dan sering kambuh, penglihatan kabur atau tidak jelas, nyeri di bawah tulang rusuk kanan, mual dan muntah, serta pembengkakan di kaki , wajah, dan tangan. 





4. Eklampsia





Preeklamsia yang tidak dikontrol dan tidak ditangani dengan baik bisa berkembang menjadi eklampsia . Meski jenis hipertensi dalam kehamilan satu ini jarang terjadi, kondisi tekanan darah tinggi ini merupakan yang paling parah dan berbahaya. 





Ini karena eklampsia dapat menimbulkan kerusakan pada fungsi otak dan organ tubuh lainnya pada ibu hamil, serta mengganggu aliran darah ke janin. Akibatnya, ibu hamil yang menderita eklampsia bisa mengalami kejang, pingsan, hingga koma. 





Bayi di dalam kandungan juga berisiko mengalami gawat janin , bahkan kondisi yang lebih fatal.





Bahaya Hipertensi dalam Kehamilan





Perlu Bunda ketahui, hipertensi dalam kehamilan tidak boleh disepelekan. Soalnya, hipertensi yang tidak terkontrol bisa membahayakan kesehatan ibu dan juga janin.





Pada ibu hamil, hipertensi bisa menyebabkan preeklampsia atau eklampsia, stroke, sindrom HELLP , gagal ginjal, gangguan hati, hingga masalah pembekuan darah. Apabila sangat berisiko, ibu hamil mungkin harus melahirkan dengan metode caesar .





Sementara pada janin, hipertensi bisa menyebabkan pertumbuhannya di kandungan jadi terhambat, solusio plasenta , kelahiran prematur, hingga berat badan lahir rendah (BBLR) pada bayi. 





Mengatasi Hipertensi dalam Kehamilan





Kini, Bunda sudah tahu kan beberapa jenis hipertensi dalam kehamilan hingga dampaknya bagi ibu dan janin? 





Nah, supaya tidak makin parah, hipertensi harus dikontrol dan dipantau dengan baik. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan rutin ke dokter untuk pemeriksaan kehamilan, sehingga kelainan tekanan darah saat hamil bisa dideteksi sedini mungkin.





Pada ibu hamil yang menderita tekanan darah tinggi, dokter akan memberikan obat penurun tekanan darah yang disesuaikan dengan kondisi ibu. Selain mengonsumsi obat yang sudah diresepkan dokter, ibu hamil juga perlu menerapkan gaya hidup sehat dan melakukan beberapa tips berikut ini:





  • Mengurangi konsumsi garam dan makanan asin.
  • Memperbanyak konsumsi sayuran dan buah-buahan.
  • Tidur cukup selama 7–8 jam setiap hari.
  • Rutin memeriksa riwayat penyakit sebelum hamil, misalnya bila ibu menderita diabetes.
  • Tidak mengonsumsi alkohol.
  • Tidak merokok dan memakai obat terlarang.
  • Berolahraga ringan sebanyak 3 kali dalam seminggu, seperti berjalan kaki, berenang, atau yoga.
  • Menjaga kenaikan berat badan yang sehat selama hamil.




Secara umum, tekanan darah tinggi atau hipertensi bisa diatasi kok, Bun. Kondisi ini juga bisa kembali normal setelah ibu melahirkan. 





Namun, bila mengalami preeklampsia atau hipertensi gestasional, Bunda memerlukan pengobatan dan kontrol yang rutin selama kehamilan hingga beberapa minggu pascamelahirkan.





Pada ibu hamil yang menderita hipertensi kronis, tekanan darah tinggi mungkin tetap terjadi setelah melahirkan. Oleh karena itu, ibu tetap harus melakukan pemeriksaan dan kontrol rutin setelah melahirkan untuk menjaga tekanan darah tetap stabil.





Nah, jika menderita hipertensi saat hamil, penting sekali ya untuk menerapkan gaya hidup yang sehat. Selain itu, kontrol rutin ke dokter sangat diperlukan untuk memastikan kondisi Bunda dan Si Kecil selalu sehat. 





Sumber:





National Health Service UK (2021). Symptoms Pre–eclampsia.





National Institute of Health. National Library of Medicine (2024). Medline Plus. High Blood Pressure in Pregnancy.





U.S. Centers for Disease Control and Prevention. High Blood Pressure During Pregnancy.





World Health Organization (2023). Hypertension.





Stanford Medicine. Symptoms of Gestational Hypertension.





Cleveland Clinic (2022). High Blood Pressure (Hypertension) During Pregnancy.





Mayo Clinic (2022). High Blood Pressure and Pregnancy: Know The Facts.





Cherney, K. Healthline (2023). Abnormal Blood Pressure During Pregnancy.





Macon, B. L. Healthline (2023). Eclampsia.





Friel, L. A. MSD Manuals (2023). High Blood Pressure During Pregnancy.





Zimlich, R. Verywell Health (2024). What Are the Symptoms of High Blood Pressure in Women?


Punya pertanyaan lain?

Tanyakan kepada dokter di aplikasi! Gratis!

Unduh aplikasi

Punya pertanyaan lain?

Tanyakan kepada dokter di aplikasi! Gratis!

Unduh aplikasi
footer-main-logo
appstore-logogoogleplay-logo
appstore-logogoogleplay-logo

Layanan Pengaduan Konsumen
PT Asa Bestari Citta
feedback@diarybunda.co.id

Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen Dan Tertib Niaga
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
Whatsapp Ditjen PKTN: 0853-1111-1010